Minggu, 02 April 2017

CARA PENGENDALIAN KESEHATAN TERNAK SAPI POTONG




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Peternakan sapi potong merupakan salah satu potensi yang sangat menjanjikan. Dilihat dari tersedianya pakan hijau yang ada di indonesia menjadi pemacu keberhasilan dalam mengelola ternak sapi potong. Ternak sapi potong, sejak dulu sudah dikenal banyak orang. Namun masih sedikit masyararakat yang benar-benar menjadikan sapi potong sebagai lahan usaha atau bisnis,melainkan masyarakat beternak sapi potong sebagai barang simpanan saja.
Keberhasilan dalam mengelola ternak sapi potong selain dalam hal pemberian pakan dan nutrisi,perkandangn,lingkungan yang cocok, pengendalian kesehatan ternak sapi potong juga sangat perlu diperhatikan. Mencegah penyakit menular maupun tidak menular pada sapi potong juga perlu diperkuat, karena jika sudah terkena penyakit akan menjadi masalah. Terutama pada pemnambahan biaya yang harus dikeluarkan selain itu bisa mengurangi kualitas sapi potong.
jika peternak selalu menjaga ternaknya dalam kondisi yang sehat maka produksinya pun akan optimal dan jika sebaliknya peternak tidak menjaga ternaknya produktifitasnya akan menurun akibatnya terjadi kerugian pada peternak. Untuk itu betul –betul di jaga dan diperhatikan masalah masalah kesehatan ternak, buat ternak tetap sehat,nyaman dan tetap bisa beraktivitas memakan pakan dengan keadaan normal.

1.2.            Rumusan Masalah
-         Bagaimana karakteristik atau ciri ternak sapi potong yang sehat dan sakit ?
-         Apa saja faktor penyebab penyakit pada ternak sapi potong ?
-         Bagaimana cara mencegah serangan dan penularan penyakit pada ternak sapi potong ?
-         Bagaimana Pengendalian terhadap penyakit ternak sapi potong?
1.3.            Tujuan Penulisan
-         Untuk mengetahui karakteristik atau ciri ternak sapi potong yang sehat dan sakit
-         Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit pada ternak sapi potong
-         Untuk mengetahui cara mencegah serangan dan penularan penyakit pada ternak sapi potong
-         Untuk mengetahui cara pengendalian penyakit pada ternak sapi potong


BAB II
PEMBAHASAN
            Kesehatan ternak adalah suatu kondisi atau keadaan ternak yang dimana seluruh sel yang mesnyusunya dan cairan atau hormon yang melakukan fungsinya secara normal tanpa hambatan atau gangguan. Pengendalian kesehatan ternak berarti menjaga,memelihara dan mencegah terjadinya gangguan fungsi tubuh ternak agar tetap normal dan bisa melakukan aktivitas tubuh sehingga bisa tetap menjaga kualitas dan kuantitas pruduktivitasnya. Penegndalin kesehatan ternak sama saja dengan menjaga ternak agar terhindar dari berbagai penyakit, baik yang diakibatkan oleh bakteri karena lingkungan atau perkandangan kotor,virus maupun mikroorganisme lainnya.
            Pengendalian kesehatan terhadap ternak sapi potong perlu diperhatikan, mengingat betapa besarnya dampak yang akan terjadi jika ternak sapi potong telah terkena penyakit. Selain bertambahnya pengeluaran biaya ,akan mempengaruhi kualitas dagingnya.
2.1. Karakteristik Ternak Sehat dan Sakit
       Ada beberapa tanda atau ciri yang menunjukan bahwa sapi potong itu sakit atau sehat. Jika sudah mengetahui tanda-tanda sapi potong sakit kita bisa segera mengambil tindakn selanjutnya.
2.1.1.  Karakteristik ternak sapi potong sehat
       Untuk ternak sapi potong dalam kondisi sehat akan terlihat karakteristik dan tingkah laku sebagi berikut :
a.  Nafsu makan normal
b.  Minum teratur ( biasanya 8 kali sehari )  
c.   Agresif
d.   Istirahat dengan tenang
e.  Pergerakan tidak kaku (telinga sering digerakan,kaki kuat dan mulut basah )
f.     Keadaan mata, selaput lendir dan warna kulit normal
g.   Pengeluaran feses dan urin tidak sulit dengan warna dan konsistensinya normal.
h.   Tidak terdapat gangguan dalam bernafas, denyut nadi dan suhu tubuh (suhu rektal berkisar antara 38,0 – 39,30C dengan rata-rata 38,60C)
2.1.2. Karakteristika Ternak Sapi Potong Sakit

       Karakteristik yang memberikan indikasi bahwa ternak sapi potong sakit dan ciri-cirinya dapat diamati, antara lain :
a.    Terjadinya pengeluaran lendir atau cairan yang tidak normal dari mulut, hidung dan mata.
b.    Mata terlihat suram,cekung,mengantuk dan telinga terkulai
c.       Menurunnya konsumsi pakan (Nafsu makan berkurang ) atau air minum, bahkan sama sekali tidak mau makan.
d.    Kotoran sedikit ,mungkin saja terkena diare atau kering dan keras.
e.     Terjadinya kelainan postur tubuh, sulit berdiri, berjalan atau bergerak.
f.       Gelisah yang berlebihan, batuk atau bersin, diare, feses atau urin berlendir atau berdarah.
g.     Abnormalnya suhu tubuh, denyut nadi dan pernafasan.
h.    Bobot badan menurun dan berjalan sempoyongan.
i.      Kulit tidak elastis,mulut dan hidung kering.
2.2. Faktor Penyebab Penyakit Ternak
       Terdapat beberapa faktor penyebab yang menimbulkan penyakit pada ternak sapi potong,selain disebabkan oleh faktor genetik diantarnnya :
2.2.1. Faktor lingkunagn yang kotor
       Lingkungan yang kotor menjadi salah satu faktor yang memacu timbulnya berbagai penyakit. Salah satu contohnya kandang yang dibiarkan kotor atau tidak dibersihkan. Kebersihan lingkungan kandang menjadi tanggung jawab peternak dan kewajiban peternak. Lingkungan kandang yang kotor membuat mikroorganisme yang bersifat parasit atau patogen berkembang biak dan akan berpengaruh pada kehidupan ternak sapi potong.
2.2.2. Faktor Mikroorganisme
       Selain faktor lingkungan yang kotor ,ternak sapi potong bisa sakit disebabkan oleh mikroorganisme. Kadang-kadang keadaan lingkungannya bersih mikroorgnisme juga bisa datang menyerang karena terbawa oleh angin dari tempat lain.Mikroorganisme ini terdiri dari bakteri, virus, protozoa dan kapang yang semuanya dapat menimbulkan penyakit infeksi pada sapi. Penggunaan desinfektan, perlakuan pemanasan dan pengeringan cukup efektif untuk membunuh beberapa spesies bakteri. Membersihkan kotoran ternak yang lebih sering serta membersihkan dan mendesinfektan peralatan atau fasilitas dan sanitasi lainnya akan mencegah beberapa penyakit bakteri. Vaksinasi sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh spora bakteri. Pemberian antibiotik dan obat-obatan lain efektif untuk mengobati ternak yang terkena penyakit akibat bakteri.
Virus merupakan mikroorganisme yang paling kecil dan mampu menyebabkan panyakit pada ternak. Virus tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Virus dapat menular pada sel hidup yang lain serta tumbuh dan berkembang biak. Penyebaran virus sangat cepat sehingga penyakit yang disebabkan oleh virus mudah menular pada ternak yang lain.Misalnya penyakit Maliganant Catarrhal Fever (MCF)
Parasit adalah organisme yang hidupnya bergantung pada organisme lain. Parasit adalah penyebab penyakit yang paling luas pada ternak. Sebagian besar ternak pernah terinfeksi oleh satu atau beberapa parasit, misalnya parasit internal (cacing), parasit eksternal (kutu, caplak, tengu/mites) atau kedua-duanya selama ternak hidup. Pemeriksaan rutin pada ternak perlu dilakukan dan segera diberi insektisida yang sesuai (untuk parasit eksternal) serta adanya program sanitasi yang baik untuk membantu mencegah masalah parasit ini.
2.2.3. Kecelakaan
       Luka, lebam, keseleo, patah tulang dan kecelakaan lain dapat berakibat besar pada keseluruhan kesehatan dan produktivitas ternak. Luka kecil seringkali menjadi masalah serius bila terjadi infeksi penyakit dan keseleo akan menghambat gerakan ternak untuk mendapatkan pakan. Ternak yang tidak cukup mendapat pakan, ADG, efisiensi pakan dan produksinya akan menurun.
2.2.4. Faktor Pakan atau Nutrisi
Masalah kesehatan sapi juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein, KH, LK, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan produks 
2.3. Mencegahan Serangan dan Penularan Penyakit
Walaupun Indonesia sampai saat ini masih dinyatakan terbebas dari berbagai penyakit menular yang bersifat zoonosis (bisa menular pada manusia) seperti penyakit PMKdan antharaks tetapi tetap harus melakukan berbagai upaya pencegahan, antara lain :
2.3.1  Menggunakan kandang karantina
      Tujuan dari karantina ini adalah untuk memastikan ternak yang baru datang dari luar wilayah peternakan terbebas dari penyakit. Kandang karantina harus terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak pejantan yang lain, hal ini bertujuan untuk menghindari penularan penyakit oleh ternak yang baru di datangkan.
Cara melakukannya ternak yang baru tiba di lokasi peternakan tidak langsung ditempatkan pada kandang/ tempat pemeliharaan permanent, tetapi tempatkan dahulu pada kandang sementara untuk proses adaptasi yang memerlukan waktu sekitar beberapa minggu. Dalam proses adaptasi ternak diamati terhadap penyakit cacing (dengan memeriksa fesesnya), penyakit orf, pink eye, kudis, diare, dan sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit tertentu segera diobati dan lakukan isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk adaptasi terhadap jenis pakan yang akan digunakan dalam usaha ternak kambing. Pada adaptasi ini biasanya harus disiapkan berbagai obat-obatan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya berbagai penyakit. Setelah 7-21 hari ternak dalam keadaan sehat, maka siap untuk dipindahkan dalam kandang utama.
2.3.2   Melarang impor sapi atau daging sapi dari negara yang tidak bebas PMK
Salah satu masalah yang saat ini sedang dihadapi Indonesia adalah adanya impor daging ilegal dari India. Seperti diketahui, India adalah negara yang belum bebas dari penyakit mulut dan kuku. Karena itu impor daging ilegal dari India bisa menyebabkan berjangkitnya penyakit tersebut di Indonesia. Untuk itu diharapkan pemerintah dapat bertindak tegas terhadap para penyelundup yang hanya berorientasi pada keuntungan semata, tanpa mempertimbangkan faktor kesehatan msyarakat.
2.3.3        Vaksinasi berkala
Beberapa penyakit pada sapi potong yang disebabkan oleh virus saat ini sudah bisa dicegah dengan vaksinasi. Misalnya Anthrax, Jembrana dan Septicaemia epizootica. Khusus untuk sapi-sapi induk yang dipelihara untuk menghasilkan bakalan, vaksin biasanya diberikan secara berkala setiap 6 bulan atau satu tahun sekali. Pemberian vaksin dimulai ketika sapi masuk lokasi usaha peternakan. Sementara itu, untuk sapi bakalan yang hanya dipelihara dalam waktu singkat (kurang dari 6 bulan), program vaksinasi cukup diberikan satu kali.
2.3.4        Pemberian obat cacing secara berkala
Pada saat sapi-sapi mulai dimasukkan ke dalam kandang untuk digemukkan, obat cacing sudah harus diberikan untuk mencegah pemborosan pakan. Untuk sapi bakalan, obat cacing cukup diberikan pada saat pertama kali sapi masuk kandang, sedangkan pada induk penghasil bakalan sebaiknya obat cacing diberikan secara berkala setiap 6 bulan sekali.
2.3.5.      Menjaga kebersihan lingkungan
Setiap kali terjadi pergantian sapi, sebaiknya kandang dibersihkan dengan desinfektan. Apabila air melimpah, kandang dapat dibersihkan setiap hari, termasuk juga memandikan sapi. Pembersihan kotoran dapat dilakukan 2 – 3 kali sehari.Tingkat sanitasi lingkungan dan higienis merupakan indikator kebaikan manajemen kesehatan ternak. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a.       Sanitasi lingkungan yang terbaik adalah terjaganya kebersihan. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan parasit akan lebih mudah berkembang biak pada lingkungan yang kotor.
b.      Keadaan yang harus suci hama pada peralatan operasional yang digunakan dalam tatalaksana sehingga menjamin kesehatan ternak.
c.       Menggunakan beberapa desinfektan. Desinfektan harus efektif menyerang mikroorganisme secara luas, efektif dalam konsentrasi rendah, ekonomis, tidak menyebabkan iritasi, korosif, tidak menyebabkan noda (meninggalkan warna), tidak inaktif oleh bahan organik atau mineral, stabil dalam penyimpanan dan penggunaan, mudah diaplikasikan dan efektif dalam periode pendek atau pada suhu rendah.( Akoso 1996 )
2.3.6. Pemeriksaan Kesehatan Harian
Pengamatan kesehatan harian dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pengamatan kesehatan harian ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan ternak dan mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada ternak sehingga jika ditemukan ternak yang sakit atau mengalami kelainan dapat segera ditangani. Pada pagi hari pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan sebelum kandang dibersihkan. Sedangkan pada sore hari, pemeriksaan dilakukan sesudah sapi diberi makan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pemeriksaan kesehatan harian antara lain nafsu makan dari ternak, mengamati keadaan sekitar ternak (mengamati feses, urin, dan keadaan sekitar kandang apakah terdapat bercak-bercak darah atau tidak), mengamati keadaan tubuh ternak normal atau tidak (bisa dilihat dari hidung, kejernihan mata, telinga dan bulu ternak), mengamati cara ternak berdiri atau bergerak, ada tidaknya luka atau pembengkakan serta ada atau tidaknya eksudat pada luka. Kondisi feses feses yang tidak normal (encer) mengindikasiakan adanya kelainan atau suatu penyakit pada sistem pencernannya. Adanya pengamatan kesehatan harian diharapkan abnormalitas yang ada dapat ditangani sesegera mungkin dan apabila ada pejantan yang sakit dapat segera diobati. Saat pengamatan kesehatan harian juga dilakukan recording atau pencatatan abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang lengkap mengenai riwayat penyakit yang pernah di alami oleh pejantan.
2.3.7. Penanganan Kesehatan Hewan
Penanganan kesehatan hewan bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan medis pada pejantan yang sakit sehingga pejantan yang sakit secepatnya dapat ditangani sesuai dengan gejala klinis yang timbul. Penanganan kesehatan hewan dilakukan saat ditemukan adanya kelainan atau gejala klinis yang terlihat pada hewan setelah dilakukan pengontrolan rutin.
a.   Pemeriksaan Klinis
Ternak yang terlihat menunjukkan adanya gejala klinis maka akan dilakukan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis tersebut dilakukan Sebelum pengobatan. Pemeriksaan klinis dapat dilakukan didalam dan diluar kandang (di kandang jepit). Pemeriksaan klinis meliputi :
1) Pengukuran suhu tubuh melalui rektum dengan cara memasukkan thermometer kedalam rektum dan dibiarkan selama 3 menit, kemudian dibaca suhunya.
2)  Pengukuran pulsus dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
3) Pengukuran frekuensi pernafasan dan lapang paru-paru untuk mengetahui apakah frekuensi pernafasan hewan normal atau tidak.
4)  Palpasi dilakukan dengan sentuhan atau rabaan pada bagian yang akan diperiksa apakah normal atau tidak.
b.   Pengobatan 
     Pengobatan dilakukan apabila telah ditemukan ternak yang didiagnosa sakit berdasarkan pengamatan harian. Pengobatan ternak dilakukan sesuai diagnosa yang ditentukan,dengan dosis obat yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan ternak sapi potong. Ternak sapi potong yang sakit diistirahatkan dikandang karantina hingga dinyatakan sehat oleh kesehatan hewan.
c.   Pemberian Vitamin                                  
Pemberian vitamin pada ternak dilakukan secara rutin sebulan sekali. Vitamin yang diberikan antara lain adalah vitamin A, D, dan E. Pemberian vitamin dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan ternak sehingga produkstifitasnya terjaga.
d.    Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku pada setiap ternak umumnya dilakukan secara rutin yaitu setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah seperti ternak yang kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya tidak seimbang maka pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan posisi normal kuku, membersihkan kotoran pada celah kuku, menghindari pincang, mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini terhadap laminitis dan kemungkinan terjadinya infeksi pada kuku.
Kuku harus mendapat perhatian terutama pada ternak yang selalu berada di dalam kandang. Hal ini dapat menyebabkan kuku menjadi lebih lunak karena sering terkena feses dan urine serta luka akibat terperosok dalam selokan pembuang kotoran yang menyebabkan infeksi busuk kuku. Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet pertumbuhan kukunya lebih cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di kandang berlantai semen. Hal ini karena setiap hari ternak berpijak pada permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan terkikis dengan sendirinya. Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata teito (pisau pemotong kuku), rennet, gerinda, mistar ukur, dan tali hirauci. Bahan dan obat-obatan yang diperlukan adalah perban, kapas, Providon iodine, Gusanex, antibdiotik, antiinflamasi, dan salep.
e.   Desinfeksi Kandang
Desinfeksi kandang dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dengan menggunakan sprayer yang telah terisi larutan desinfektan dan disemprotkan ke seluruh lantai, dinding, palungan dan halaman kandang. Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk mengendalikan populasimikroorganisme yang berpotensi menimbulkan penyakit sehingga merugikan kesehatan ternak.Kegiatan desinfeksi dapat menggunakan desinfektan Bestadest dengan dosis 2,5 s/d 5 ml/liter (untuk 4m2) atau Benzaklin dengan dosis 60 ml/10 liter air disemprotkan keseluruh lantai, dinding, halaman kandang, dan kuku pejantan.

f.  Kontrol Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang pada bagian luar atxau permukaan tubuh inangnya, seperti berbagai jenis serangga (lalat, dll) serta jenis akari (caplak, tungau dll). Keberadaan ektoparasit akan mengakibatkan ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan ternak menurun dan akan berdampak pada kualitas produk ternak. oleh karena itu penyemprotan anti ektoparasit sangat penting dalam agenda pencegahan penyakit. Penyemprotan anti ektoparasit merupakan suatu tindakan pengendalian terhadap parasit-parasit dari luar tubuh yang dapat mengganggu kesehatan ternak. Ektoparasit dapat menyebabkan stres pada pejantan, serta dapat bertindak sebagai vektor mekanik maupun biologis penyakit hewan.
Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali menggunakan sunschin dengan obat anti ektoparasit cyperkiller 25 WP (25% Cypermethrin dengan dosis 30 gr/50 liter air) dan disemprotkan ke bagian tubuh ternak, seperti bagian perut, pantat, kaki dan punggung. Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan sebaiknya tidak mencemari pakan, tempat pakan, dan air minum. Cypermethrin adalah piretroid sintetis yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Ini berperan sebagai neurotoksin cepat bertindak pada serangga. Dalam hal ini mudah terdegradasi di tanah dan tanaman. Cypermethrin sangat beracun untuk ikan, lebah dan serangga air, menurut National Pestisida Jaringan Telekomunikasi (NPTN). Cypermethrin banyak ditemukan dalam pembunuh semut, dan pembunuh kecoa, termasuk Raid dan kapur semut.
Anti ektoparasit lain yang digunakan untuk ternak adalah gusanex. Cara pemakaiannya yaitu dengan menyemprotkan gusanex pada bagian tubuh ternak yang mengalami luka. Tujuannya agar luka tersebut segera kering dan tidak dihinggapi oleh lalat yang selanjutnya akan menjadi tempat berkembangnya telur lalat dan ektoparasit lainnya.

g.   Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekurity merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi ternak secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/ penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosecurity merupakan tindakan perlindungan terhadap ternak dari berbagai bibit penyakit (bakteri dan virus) melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan orang atau individu yang terlibat dalam siklus pemeliharaan yang dimaksud. Tujuannya yaitu supaya bibit penyakit (bakteri dan virus) yang terbawa dari luar tidak menyebar dan menginfeksi ternak. Tindakanbiosecurity meliputi :
a.     Lokasi peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar yang dapat merugikan.
b.   Melakukan desinfeksi dan penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat, nyamuk, kumbang, belalang disetiap kandang secara berkala.
c.    Setiap kendaraan yang akan masuk ke areal peternakan harus melewati bak biosecuritydan disemprot, yang mana cairan yang digunakan adalah cairan desinfektan (lysol).
d.    Setiap petugas yang akan masuk ke kandang diharuskan mencelupkan sepatu boot ke dalam bak biosecurity yaitu wadah berisi desinfektan yang sudah disediakan.
e.     Segera mengeluarkan ternak yang mati untuk diotopsi lalu dikubur atau dimusnahkan.
f.     Selain petugas dilarang memasuki areal kandang.
g.    Membatasi kendaraan yang masuk ke areal kandang.
h.   Meyediakan kendaraan khusus bagi tamu yang berkunjung, contohnya seperti keretabiosecurity.
i.     Untuk aktivitas di dalam laboratorium harus menggunakan pakaian khusus berupa jas dan alas kaki khusus untuk laboratorium

h.   Pemberian Obat Cacing
Pemberian obat cacing secara per oral dan dilakukan terhadap seluruh ternak setiap pergantian musim. Ternaki yang mengidap parasit cacing sulit diprediksi bila dilihat dari kondisi fisiknya sehingga untuk mengantisipasi terjadinya infeksi dan berkembang biaknya cacing dalam tubuh ternak maka diperlukan pemberian obat cacing. Dosis yang diberikan terhadap ternak ialah menurut berat badannya. Pemberian obat cacing dilakukan terhadap seluruh ternak setiap 6 bulan sekali. Obat cacing yang digunakan adalah Albendazole dengan dosis 1 ml/10 kg berat badan ternak.

I.                Otopsi
Bila terjadi kasus kematian ternak maka dilakukan otopsi atau bedah bangkai pada hari yang sama. Setelah itu dilakukan patologi anatomi, diambil potongan kubus 1 cm pada organ yang terjadi kelainan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan formalin 10%. Sampel tersebut kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut, baru kemudian dilakukan pencatatan atau laporan mortilitas ternak.
2.4.   Pengendalian Penyakit Ternak

Pengendalian penyakit harus dilakukan dalam usaha peternakan, karena menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam usaha tersebut . Menurut Yunilas (2011) program pengendalian penyakit ada dua yaitu :    
2.4.1.  Program pencegahan penyakit dan kontrol ternak dikandang
Pengawasan penyakit seharusnya lebih mudah pada pemeliharaan secara intensif dibanding ekstensif, namun secara umum masalah-masalah yang dihadapi adalah identik.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penggelolaan sapi potong secara intensif:
1.      Walaupun sapi tidak digembalakan, pengawasan terhadap caplak masih sangat perlu pada daerah yang belum bebas caplak dan jangan dilalaikan.
2.      Pengawasan terhadap parasit dalam, juga masih diperlukan terutama pada ternak yang lebih muda, dimana banyak parasit yang mungkin terdapat pada hijauan yang dipotong di lapangan.
2.4.2. Program pencegahan penyakit dan kontrol ternak di ranch
       Masalah-masalah yang berhubungan dengan penggolongan ternak sapi potong di ranch adalahh:
a.       Penyakit mulut dan kuku
b.      Penyakit-penyakit wabah dan beberapa parasit eksternal dapat diatasi dengan program pemberantasan bencana,perbaikan produksi dan distribusi vaksin dan perbaikan makanan serta pengelolaan.
c.       Pedet muda lebih mudah terserang penyakit pneumonia pada udara yang sangat lembab.




BAB III
PENUTUPUAN
3.1. Kesimpulan
       Pengendalian kesehatan ternak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem usaha ternak terutama ternak sapi potong, hal tersebut karena merupakan faktor penting yang memacu keberhasilan dalam beternak. Upaya yang dilakukan menjaga kebersihan lingkungan kandang dan peralatan kandang, menjaga kebersihan ternak,pemberian pangan yang cukup dan berkualitas,melaksanakan vaksinasi secara teratur dan memisahkan ternak yang sakit dengan yang sehat melaui kandang karantina.






DAFTAR PUSTAKA
   Diakses 08-Maret-2017
    Diakses 11-Maret-2017
   Diakses 11-Maret-2017
ETIKA BLOG ANIMAL HUSBANDRY
Diakses 11-Maret-2017







top blog

Mengenal Silase Sebagai Teknologi Pakan

PEMANFAATAN SILASE SEBAGAI PAKAN   NUTRISI UNTUK TERNAK Oleh : Rodiana                       24032116120 ...