Sabtu, 14 Maret 2020

Mengenal Silase Sebagai Teknologi Pakan


PEMANFAATAN SILASE SEBAGAI PAKAN
 NUTRISI UNTUK TERNAK

Oleh :
Rodiana                       24032116120



 









PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2017/2018



KATA PENGANTAR
            Puji serta syukur mari kita panjatkan kepada allah S.W.T. yang mana berkat rahmat dan karunianya kita masih diberi kesehtan dan kesempatan serta kelancaran dalam menjalankan tugas sebagai manusia dalam mencari ilmi. Berkat kasih sayang –Nya kami dapat meneyelesaikan tugas matakuliah Agrostologi yang berjudul “PEMANFAATAN SILASE SEBAGAI PAKAN NUTRISI UNTUK TERNAK “ tepat pada waktuny.
            Penulis mengucapkan banyak terimaskih terutama kepada doesn matakuliah,teman-teman yang ikut membantu dalam menyelesaikan makalh ini serta semuanya yang telah ikut memberikan andil yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
            Dalam makah ini,kami membahas mengenai bagaimana memanfaatkan limbah pertanian agar memiliki nilai gizi adan nutrisi yang baik,membahas manfaat dan tujuan dari membuat silase, membahas bagaimana kita bisa mengetahui cara membuat dan tahu silase yang baik dan bisa memberikan nutrii pada ternak.
            Dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan ,maka dari itu kai sangat mengharapkan kritik dan saran pembangun ,terutama dosen pengajar matakuliah yang bersangkutan. Sekian dan terimaksih.    




Garut, 10 Desember 2017

Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii       
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3.Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Silase..................................................................................................... 3
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Silase........................................................ 3
2.3. Prinsip Dasar Silase............................................................................................. 5
2.4. Tujuan Membuat Silase....................................................................................... 5
2.5. Kelebihan dan Kelemahan Silase........................................................................ 7
2.6. Prosedur dan Proses Pembuatan Silase............................................................... 8
2.7 Karakteristik Silase yang Baik............................................................................. 9
BAB III PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA






















BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki dua musim,musim panas dan musim hujan. Keberadaan kedua musim ini ternayata memberikan beberapa masalah, terutama bagi  para peternak dalam menyediakan pakan utuk ternaknya. Pada musim penghujan, pakan atau hijaun yeng tersedia sangat banyak dan melimpah. Setiap hijaun memiliki nutrisi dan kandungan zat yang sangat banyak. Ternak banyak melakukan makan pada musim ini. Namun,selalu saja ada ternak yang membuang makanan pada musim ini karena terlalu banyak dan bosan.
Saat pada musim kearau tiba, pakan yang tersedia berkurang, baik kuantiitas terutama kualitas hijauan itu sendiri. Peternak mengalami kesusuahn saat musim ini datang, sehingga mengakibatkan ternak kekurangn nutrisi, pertumbuhan kurang, dan refroduksi serat produksi lambat. Hal seperti ini yang merupakan ketersedian pakan tidak kontinyu.
Selain itu, pada saat musim panen, banyak sekali sisa atau limbah yang ditinggalkan. Limbah tersebut ada yang dibiarkan ada yang diambil untuk dijadikan pakan ternak. Namun .pemberian pakan secara langsung tidak memberikan nutrisi yang baik agi ternak. Limbah peternakan jika dikelola lebih lanjut menggunaka teknologi akan memiliki nutrisi yang cukup baik dan bisa menjadi penambah pakan tenak.
Permasalahn lain yang sering dijumpai dimasyarakat yaitu banyak peternak yang tidak semangat dalam mencari hijaun. Permaslahan tersbut merupakan bagian dari awal perubahan dalam peternakan, terutama awala dalam pemanfaatan teknologi dalam bidang pertanian. Untuk itu, silase sebagai teknologi dalam bidang peternakan dalam mengatasi permasalahn pakan bisa mngurangi kekurangan nutrisi dan produksi serta refroduksi ternak tetap terjaga dan berlanjut tanpa dibatsi musim.
1.2.       Rumusan Masalah
-          Apa yang diaksud dengan silase ?
-          Apa saja faktor yang mempengaruhi kualitas silase ?
-          Bagaimana prinsip dasar dari pembuatan silase ?
-          Apa tujuan membuat silase ?
-          Apa saja keunggulan dan kelemahan dari adanya silase ?
-          Bagaimana proses pembuatan silase ?
-          Bagamana karakteristik silase yang baik ?
1.3.       Tujuan Penulisan
-          Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi  silase
-          Untuk menjelaskan  faktor yang mempengaruhi kualitas silase
-          Untuk mengetahui prinsip dasar dari pembuatan silase
-          Untuk mengetahui tujuan membuat silase
-          Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari adanya silase
-          Untuk menjelaskan proses pembuatan silase
-          Untuk mengetahui karakteristik silase yang baik









BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Silase
Silase adalah suatu pakan hijaun ternak yang diawaetkan dalam keadaan segar dengan kandungan air 60-70 % yang disimpan didalam sebuah wadah berupa silo dengan bantuan mikroba anaerob sehingga terjadi fermentasi asam laktat oleh bakteri susu. Silase merupakan pakan hijaun yang memiliki aroma asam,karen mikroba pengurai dan membantu fermentasi adalah mikroba asam. Mikroba asam membantu dalam menurunkan kadar ph menjadi 4. Kadar pH hijaun dilapangan sekitar 6- 7. Setealah mengalami fermentasi dengan silase pH menjadi turun. bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses  fermentasi. mikroba yang membantu,bakteri asaam laktat /susu :lactis acidi dan strepcoccus .
            Silase salah satu pakan hijaun yang diawetkan memiliki nilai nutrisi dan gizi yang sama dengan pakan hijaun yang diambil dari lapanagn yang dilayukan lalu diberikan keternak, yang membendakannnya terdapat pada aroma dan ketahanan pakan. Silase aromanya asam dan dapat disimpan beminggu-minggu bahkan bisa disimpan satu tahun tanpa ada penurunan kulitas dan kuantitas nya
Tujuan utama bahan pakan yang akan dibuat silase dimasukan kedalam silo atau tong adalah agar bahan dapat tersipan dengan baik dan tidak ada udara yang masuk dengan mudah. Salah satu sifat dari silo itu sendiri kedap udara karena terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah sobek. Dalam penggunaan wadah, tidak hanya pakai silo plastik yang memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan udara dan tahan terhadap sobekan dari luar akibat gigitan hewan.
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Silase
            Ada beberapa hal yang akan mempengaruhi kualitas sialase selain dari prosedur atau cara pembuatan sialase itu sendiri.
2.2.1. Umur Tanaman pada Nilai Nitrien Tanaman Sebagai Bahan Utama
            Dalam pembuatan silase terdapat bahan utama yang akan disilase atau dipermentasi yaitu berupa hijaun. Pakan hijaun ini akan menentukan kualitas pada hasil fermentasi, terutama umur atau bisa lebih tepatnya waktu pemotongan. Hijaaun memiliki periode atau waktu tumbuh dan waktu memiliki nutrien yang tinggi, semua itu dumiliki setiap tanaman atau hijaun. Setiap hijaun memiliki periode yang berbeda. Misalnya pada rumput gajah pemotongan yang bagus pada umur 40 hari saat musim hujan dan 60 hari pada musim kemarau. pemotongannya harus meninggalkan 10 cm, jika di potong melebihi itu akan mengurangi kualitas hijaun.
            Pembuatan silase merupakan metode yang dianggap mudah dan praktis,namun dalam menghasilkan silase yang baik dan berkualitas banyak resikonya. Bahan utama merupakan komponen penting yang benar-benar harus diperhatikan, jika salah dalam pemilihan hijaun dengan umur yang belum memiliki nutrien yang cukup.
2.2.2. kadar Komposisi Bahan
            Kualitas silase ternyata dipengaruhi juga oleh bahan-bahan tambahan yang digunakan. Selain pemilihan bahan tambahan yang sesuai kuantitas bahan itu sendiri dapat mempengaruhi. Ada beberapa bahan tambahan yang digunakan misalnya yang mudah didapatkan ada dedak,molases sebagai starter,onggok atau menggunakan EM4.
2.2.3. Silo atau Plastik yang Digunakan
            Silo adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menyimpan dan menampung bahan silase yang akan difermentasi dengan memiliki sifat tidak mudah bocor kuat dan tahan lama. Bisa menghindari masuknya udara kedalam merupakan bagian utama dari fungsi silo. Selain silo ,kita bisa menggunakan bahan lain seperti plastik asalkan plastik tersebut memiliki tetebalan yang cukup dan bisa menghindari udara masuk. ada banyak jenis silo. Menurut bentuknya ada silo kotak, kubus, dll.
2.2.4. Cara Pengambilam Silase
            Cara pengmabilan silase merupakan bagian dari faktor kualitas silase setelah silase matang. Dimana saat silase sudah matang, silase tidak langsung diberikan keternak melainkan diangin-anginkan terlebih dahulu atau ditiriskan. Hal tersebut dilakukan utnuk membunuh bakteri asam agar tidak ikut termakan. Selain itu juga untuk menghindari dari penyakit yang terdapat pada silase. Udara yang terdapat pada silase masih tinggi akibat dari menutupan tanpa oksegen dan untuk meningkatkan palatabilitas ternak terhadap spakan berupa silase itu sendiri.
2.3. Prinsip Dasar Pembuatan Silase
            Ada beberapa prinsip dasar dari pembuatan silase yang harus diperhatikan dan dipahami terleboh dahulu sebelum melakukannnya.
2.3.1. Mencegah Masuknya Udara
            Silase adalah pakan hijaun yang difermentasi dalm keadaan anaerob atau tanpa udara. Fungsi silo mencegah masuknya udara masuk kedalam,maka saat pemilihan silo harus diperhatikan. Saat bahan dimasukan kedalam silo, bahan harus dimasukan secara rapat tidak membiarkan ada ruang udara atau ruang antar bahan, sehingga udara yang terbawa dengan bahan tidak beridam diri yang nantinya bisa membunuh mikorba yang seharusnya tumbuh dan diperlukan dalam proses ini. Udara yang masuk dan berdiam diri bisa menimbulka kegagalan dalam proses pembuatan yang membuat bahan terkontaminasi dan tumbuh mikroba berbahaya.Pada saat menutup tuutp silo, terlebih dahulu harus ditambahankan plastik terlebih dahulu lalu ditutup dengan tuutp silo.
2.3.2. Pengasaman
            Silase yang sudah matang akan tercium bau asam. Bisa bersifat asam, karena proses fermentasinya memanfaatkan bakteri asam laktat atau asam susu. Asam laktat ini akan mngubah gula mnjadi senyawa asam. Pengasaman terjadi saat mikroba sudah tumbuh dan berkemabng. Untuk itu kenapa sebelumnya silo harus kedap udara dan tidak boleh ada sedikitpun udara yang masuk, untuk membunhu mikroba yang tidak perlu atau merugikan dan membiarkan mikroba menguntungkan hidup dan berkembang.
            Dalam proses pengasaman sebenranya memerlukan waktu yang cukup lama. Banayka para peternak besar yang membuat silase mnggunakan bahan starter yang sudah mengnaung asam laktat sehingga tidak perlu menunggu tumbuh langsung dimedia, melainkan sudah langsung ditanam dan siamsukan kebahan. Misalnya starter EM4.
2.4. Tujuan Membuat Silase
            Silase merupakan teknologi dalam bidang peternakan yang sudah lama ada namun belum diketahui oleh semua masyarakat peternak, terutama para peternak menengah kebawah. Dalam pembuatan silase terdapat beberapa tujuan yaitu :

2.4.1. Silase Sebagai Cadangan Pakan Ternak
            Iklim sangat berpengaruh terhadap aktivitas ternak. Terutama pada ketersediaan hijauan untuk ternak. Diindonesia terdapat dua musim, penghujan dan kemarau. saat musim hujan, pakan hijauan tersedia banyak diserati dengan nutrisi yang tinggi. Pada musim hujan pertumbuhan hijauan sangat bagus,memiliki kualitas dan kuantitas tinggi. Semua ternak menyukai dan banyak makan pada musim ini. Peternak tidak merasa takut akan kekurangan hijauan pada musim ini. Berlimpahnya hijauan pada musim hujan, ternyata ada juga hijauan yang terbuang atau tidak termakan oleh ternak yang diakibatkan karena ternak sudah merasa bosan dan peternak terlalu banyak memberi pakan hijaun ternak.
            Pada saat msusim panas atau tanpa penghujan yang memiliki curah hujan rendah,ketersediaan pakan hijaun menjadi berkurang. Tanah menjadi kering dan kekurangn air mengakibatkan pakan hijaun susah untuk tumbuhn,jika tumbuh tidak mengandung nutrisi yang banyak atau sedikit saja nutrisi yang dimiliki. Musim kemarau bisa menjadi masalah terutama bagi peternak kecil, karena pakan hijauan tidak bisa memberi nutrisi yang cukup untuk ternaknya. Maka perlu adanya solusi dalam menghadapi hal tersebut dengan memeberi pakan sedikit namun mengandung banyak nutrisi.
            Silase merupakan teknologi sebagai cadangan pakan bagi ternak. Pada saat musim penghujan yang memiliki pakan hijaun yang banyka disertai dengan nutrisi yang tinggi, bisa disimpan untuk persediaan pada musim panas. Agar pakan tidak terbuang percuma pada musim hujan akibat ternak bosan, pakan hijaun bisa dibuat silase. Pakan yang dibuat silase bisa tahan dan diberikan keternak pada musim panas,bisa menjaga nutrisi dari hijauan walaupun pada musim panas. Pada intinya tujuan dari membuat silase bisa dijadikan sebagai cadangan dan persediaan pakan ternak pada saat musim tanpa penghujan panjang dan bisa untuk menyimpan dan menampung pakan hijaun yang berlebihan pada saat musim penghujan.
2.4.2. Mendayagunakan sumber pakan dari sisa limbah pertanian
            Hasil produksi pada pertanian terbagi menjadi dua yaitu produk yang dimanfaatkan dan diolah dan yang kedua berupa limbah. Produk yang diolah misalnya padi,jagung kentang dll. Bisa diproduksi dan dimakan oleh kita atau diproduksi untuk tujuan ekonomis. Sedangkan limbahnya berupa jerami dan pohon jagung. Limbah pertanian ini bisa diberikan keternak,namun tidak secara langsung perlu adanya pengolahan terlebih dahulu. Pengolaan ini bertujuan untuk meningkatkan kadar nutrisi atau mempermudah dalam pencernaan pakan didalam rumen atau perut ternak. Limbah ternak pada awalnya memiliki potensi nutrisi yang cukup untuk ternak namun susah untuk dicerna, seperti pada sekam padi yang pada batangnya terdapat lignin dan selulosa yang melindungi bagian batang padi. Sehingga sekam tersebut susah untuk dicerna oleh ternak dan nutrisi yang terkandung didalam jerami padi tidak tercerna.
            Pohon jagung sisa limbah pertanian yang menumpuk pada saat musim panen sangat banyak dan para petani kadang-kadang kewalahan dan bingung apa yang akan dilakukan pada pohon jagung tersebut. silase merupakan jalan terbaik dalam memanfaatkan dan mengolah pohon jagung tersebut menjadi pakan ternak dan sebagi cadangan pakan ternak,sehingga pohon jagung tidak dibiarkan membusuk dan terbuang percuma. Pada intinya tujuan lain dari pembuatan silase untuk mendayagunakan sumber pakan dan sisa limbah pertanian ataupun hasil agro industri pertanian dan perkebunan seperti bekatul, dedak, bungkil sawit,ampas tahu, bungkil jagung dan janggel jagung.
2.5. Keunggulan dan Kelemahan Silase
            Setiap teknologi pada bidang apa saja pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, itu lah yang menjadi ciri khas pada bidang tersebut. begitupun pada bidang peternakan pada teknologi silase,terdapat kelebihan dan kekurangn. Pada silase kelebihan lebih dominan jika dibandingkan dengan kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dari silase menurut Bolsen et al. 2000 :
      Nilai gizi silase setara dengan hijauan segar bahkan dapat lebih tinggi.
      Disukai oleh ternak.
      Tersedia sepanjang  tahun baik musim hujan maupun kemarau
      Hijauan tidak mudah rusak oleh hujan pada waktu dipanen
      Tidak banyak daun yang terbuang
       Silase umumnya lebih mudah dicerna dibandingkan hay dan amoniasi
      Karoten dalam hijauan lebih terjaga dibanding hay dan amoniasi
Sedangkan kekurangan dari silase itu sendiri adalah :
  • perlunya ongkos panen dan pengambilan bahan hijauan
  • biaya pembuatan silo  sebagai tempat penyimpanan.
  • Membuat Feses atau kotoran ternak mengandung cairan
Namun kekurangn ini bisa diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Misalnya pada pengmbilan bahan hijaun kita bisa menggunakan alternatif lain dengan menanam pakan hijauan yang akan digunakan sebagai bahan dekat dengan temapt pembuatan atau dekat dengan kandang.
2.6. Prosedur dan Proses Pembuatan Silase
            Dalam pembuatan silase metode yang digunakan sangat mudah dan praktis namun resiko dalam kegaagalan juga cukup besara. Selama pembuatan silase harus diperhatikan dn hati hati terutama dalam penyajian bahan utama dan tambahan. Bahan tambahan tidak boleh melebihi bahan utama yang disediakan. Ada beebrapa bahan yang digunakan dalam pembuatan silase. Untuk bahan utama kita bisa menggunakan pakan hijauan seperti rumput gajah, pohon jagung dan jerami padi yang merupakan limbah dari pertanian. Bahan –bahan tambahan yang membantu dalam pembuatan sialse miasalnya tetes tebu atau molases 3% dari bahan silase,dedak halus 5 % dari bahan silase,3,5 % menir dari bahan silase, onggok 3% dari bahan silase. Bahan tambahan tersebut tidak digunakan semuanya,hanya beberapa bahan saja yang dimanfaatkan dan ditambahkan dalam pembuatan silase.
2.6.1. Prosedur atau tahap pembuatan silase
            Berikut adalah contoh dari pembuatan silase
      Potong rumput hijau tersebut dengan ukuran 3-5 cm dengan menggunakan parang, atau dengan menggunakan mesin chopper. Potongan rumput yang kecil tujuannya agar rumput yang dimasukkan dalam silo dalam keadaan rapat dan padat sehingga tidak ada ruang untuk oksigen dan air yang masuk.
      Campurkan bahan pakan tersebut hingga menjadi satu campuran.
      Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo dan sekaligus dipadatkan sehingga tidak ada rongga udara.
      Bahan pakan ternak dimasukkan sampai melebihi permukaan silo untuk menjaga kemungkinan terjadinya penyusutan isi dari silo. Dan tidak ada ruang kosong antara tutup silo dan permukaan pakan paling atas.
      Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, diberikan lembaran plastik, dan ditutup rapat, dan diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik, atau kantong plastic yang diisi dengan tanah.
2.7. Karakteristik Silase yang Baik.
            Silase yang baik merupakan silase yang baik untuk diberikan pada ternak dan bisa memberikan nutrisi pada ternak. Beberapa karakteristik yang menjadi ciri silase yang sudah matang dapat dan langsung diberikan kepada ternak berikut adalah karakteristiknya menurut utomo :
2.7.1. Warna silase
            Silase yang baik umumnya memiliki waran hijau kekuningan atau kecoklatan jika tidak memiliki warna tersebut berarti silase tidak baik atau tidak berhasil dan tidak dapat diberikan kepada ternak. Biasanya  waran yang kurang baik itu memiliki warna coklat tua tau kehitaman.
2.7.2. Bau
            Silase yang baik dan dapat diberikan keternak memiliki bau yang agak asam dan tidak berbau tajam yang menyengat. Bebas dari bau amonia dan bau H2S. Jika silase memiliki bau amonia usahkan jangn diberikan keternak,karena silase tersebut mengandung racun dan bahaya bagi ternak.
2.7.3. Tekstur
            Silase yang baik memiliki tekstur tang tetap dan jelas. Pada batang yang disiase memiliki tekstur empuk dan mudah dicerna ternak. Tekstur silase yang gagal memiliki ciri menggumpal lembek, dan tidak berlendir atau mengandung cairan.
2.7.4. Keasaman
            Kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan bebas dari jamur. Jika pada hasil silase terdapat jamur berarti silase tersebut terkontaminasi dan tidak baik untuk diberikan kepada ternak
            Silase yang baik bisa dipengaruhi juga dalam pengambilan silase saat silase sudah matang. Dimana silase yang sudah matang tidak boleh langsung diberikan pada ternak melainkan diangin-anginkan terlebih dahulu. Cara pengambilan silase yang baik agar kualitas dari silase tetap terjaga.
      Sesudah enam sampai delapan (6—8) minggu proses ensilase telah selasai, dan silo dapat dibongkar, selanjutnya diambil ensilasenyas.
      Proses silase yang benar dapat bertahan satu sampai dua (1—2) tahun, bahjkan lebih.
      Pengambilan silase secukupnya untuk pakan ternak, contonya untuk 3-5 hari.
      Silase yang baru dibongkar sebaiknya dijemur atau diangin-anginkan terlebih dahulu.
      Jangan sering-sering membuka silo untuk mengabil silase, ambil seperlunya, dan tutup rapat kembali silasesnya, agar silesa tidak mudah rusak











BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
            Silase merupakan suatu teknologi pertanian yang berkembang untuk membantu mempermudahkan dalam bidang peternakan terutama pada saat musim tidak penghujan dan untuk meningkatkan produksi ternak disegala kondisi musim, baik untuk skala Mikro maupun sekala Makro.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2016. tahapan-proses-cara-membuat-silase .https://www.agrinak.com/
            Diakses,17 Desember 2017
Kurniawan, Ferdi 2013. cara-membuat-silase-untuk-pakan-ternak. http://fredikurniawan.com
            Diakses,17 Desember 2017
Anonim.2003. silase-pakan-ternak-berkualitas-dan-tahan-lama .http://lipi.go.id/
            Diakses,17 Desember 2017
Anonim.2014. pengawetan-hijauan-dengan-cara-silase-untuk-pakan-ternak-ruminansia .http://nad.litbang.pertanian.go.id/
            Diakses,17 Desember 2017
Anonim.2009. cara-membuat-silase-untuk-pakan-ternak.https://www.peternakankita.com/
            Diakses,17 Desember 2017




































Kamis, 12 Maret 2020

LAPORAN PRAKTIKUM REFRODUKSI TERNAK

LAPORAN
PRAKTIKUM REPRODUKSI TERNAK
FOLIKULOGENESIS DAN OVUM TERNAK



Oleh :
Rodiana            24032116120







 















PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2018


KATA PENGANTAR
            Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T ,karena berkat rahmat dan karunianya kami bisa melaksanakan dan menuntaskan tugas matakuliah Refroduksi Ternak dalam praktikum folikulogenesis dan ovum ternak tepat pada waktunya.
            Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang ikut andil dalam menyusunan makalah ini. Semoga semua yang telah dikorbankan mulai dari waktu, materi dan pikiran semuanya terbalaskan dengan dimudahkannya mencari ilmu dan bertambahnya ilmu yang didapat.
            Dalam laporan yang saya susun ini membahas mengenai, proses pertumbuhan dan perkembangan folikel dan ovum, mengenal proses oogenesis ,mengenal jenis daro folikel dan ovum, mengidentifikasi sel telur yang terdapat pada ayam dan mengidentifikasi sel ovum pada sapi.
            Mungkin itu yang bisa penulis sampaikan, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan kami berharap kritik dan saran dari dosen pengajar untuk perbaikan makalah yang kami susun ini. Sekian dan terimakasih.

Garut,14 Januari 2018


Penyusun













DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHLUAN
1.1  Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2  Identifikasi Masalah.................................................................................................... 1
1.3  Maksud dan Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Folikulogenesis............................................................................................... 2
2.2 Proses Folikulogenesis................................................................................................ 2
2.3 Pengertian Oogenesis.................................................................................................. 4
2.4 Proses Oogensis......................................................................................................... 5
BAB III ALAT BAHAN DAN PROSEDUR
3.1 Alat............................................................................................................................ 6
3.2 Bahan......................................................................................................................... 6
3.3 Prosedur Kerja........................................................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Telur Ayam................................................................................................................ 7
4.1.1 Putih Telur............................................................................................................... 7
4.1.2 Blastodisk/Blastoderm............................................................................................. 8
4.1.3 Kuning Telur............................................................................................................ 8
4.1.4 Khalazae................................................................................................................. 8
BAB V PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Bereproduksi atau berkembang biak merupakan suatu proses yang penting bagi makhluk hidup. Tujuan untuk berkembang biak adalah untuk mendapatkan keturunan sehingga makhluk hidup tidak akan punah. Begitu pula dengan hewan ternak, untuk dapat bereproduksi maka ternak harus sudah memasuki masa dewasa kelamin. Hal tersebut dikarenakan organ reproduksi akan berfungsi jika sudah memasuki masa dewasa kelamin.
Alat reproduksi akan berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung. Pada ternak betina terdapat ovum yang dibentuk di dalam ovarium. Ovum yang sudah dibentuk akan dibungkus oleh lapisan yang benama folikel. Proses pembuatan ovum tersebut dinamakan dengan proses oogenesis. Sedangkan pembentuka folikel akan dilakukan dengan proses yang dinamakan folikulogenesis. 
Folikulogenesis adalah proses pertumbuhan dan perkembangan folikel yang didalamnya terjadi proses oogenesis. Folikulogenesis terjadi sejak hewan mencapai pubertas,. Folikulogenesis sendiri berlangsung dibawah kendali hormon gonadotropin, yaitu FSH (Follicle stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone). Tahap folukulogenesis adalah terdiri dari folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de graaf, corpus rubrum, corpus luteum, corpus audikans.
Dari uraian di atas maka diperlukan pemahaman tentang tahap folikulogenesis dan ovum ternak.  Untuk itu sangat penting dilakukan praktikum folikulogenesis dan ovum ternak karena pemahaman ini merupakan sebagai dasar ilmu dari persilangan genetik atau perkembangan fertilisasi secara in vitro pada ternak.
1.2         Identifikasi Masalah
-         Bagaimana bentuk dan morfologi sel telur sapi
-         Bagaimana bentuk dan morfologi sel telur ayam ?
1.3         Maksud dan Tujuan
-         Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang folikulogenesis
-         Mahasiswa dapat melihat dan menemukan sel telur yang merupakan bagian dari proses perkembangan folikel daidalam ovarium dengan diproduksinya sel telu tersebut
-         Membedakan sel telur ternak mamalia dan sel telur unggas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Folikulogenesis
Folikulogenesis adalah proses perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan proliferasi dan differensiasi komponen sel pada folikel. Dinamika folikel terjadi selama folikel merupakan perubahan tahap perkembangan folikel mulai dari folikel primordial sampai folikel tersier termaksud perubahan ekspresi mRNA yang mengkode reseptor GnRH, hormon steroid dan diikuti seleksi folikel. Perkembangan folikel akan menyediakan lingkungan yang optimal untuk maturasi oosit sehingga siap untuk fertilisasi (Andi Fausiah, 2014), dalam folikulogenesis terdapat pembentukan oosit (sel telur) yang disebut oogenesis.
2.1.1 Proses Folikulogenesis
Proses perkembangan dan maturasi folikel dikontrol oleh kelenjar hipofisa, yaitu dengan mensekresikan FSH (follicle stimulating hormone), LH (lutenizing hormone) dan prolaktin pada beberapa spesies. 
a. Folikel Primer
Sejak mamalia betina lahir, terdapat banyak folikel primer di dalam korteks ovarium. Masing-masing terdiri dari sebuah oosit primer yang dibungkus oleh selapis sel folikel. Sebuah lamina basal terdapat di bawah sel folikel dan merupakan pembatas antara folikel avaskular dengan stroma ovarium (Junqueira, dkk., 1998).
Oosit membentuk mikrovili, sedangkan sel granulosa (sel folikel) yang menyelubunginya membentuk filopodia (tonjolan-tonjolan halus yang panjang  ke arah oosit) yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dari jaringan induk (ovarium) ke oosit. Sel-sel granulosa membentuk zona pelusida. zona pellusida terbentuk disekitar oosit memisahkannya dari sel granulosa di sekelilingnya. Zona pellucida yang masih mengikuti oosit sesudah ovulasi, mengandung enzim yang mengkatalis penetrasi sperma (Ownby 2007).
b. Folikel Sekunder
Perkembangan selanjutnya dari folikel primer adalah membentuk folikel sekunder. Pada fase ini untuk pertama kalinya folikel mengalami perbanyakan sel dan terdapat lapisan kedua di sekitar oosit. Folikel sekunder mengalami pertambahan ukuran dan jumlah yang cukup besar. Selanjutnya sel-sel folikel tersebut bersatu membentuk lapisan granulosa. Oosit primer mulai tumbuh dan memperbesar ukurannya. Pada perkembangan akhir, folikel sekunder terlihat dikelilingi oleh ruangan yang tidak teratur dan merupakan hasil diferensiasi sel-sel epitel dari stroma ovarium. Sel-sel epitel tersebut kemudian secara bersama-sama membentuk teka folikuli. Folikel sekunder dengan teka folikuli ini disebut juga sebagai folikel preantral. Pada perkembangan akhir folikel sekunder terjadi pemisahan teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna  (Guerin, 2002).
c. Folikel Tersier
Folikel tersier disebut juga folikel caviti atau folikel antral, dicirikan dengan adanya caviti (antrum) dan diferensiasi teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna. Pertumbuhan folikel tersier terutama disebabkan pembelahan yang sangat cepat dari sel-sel folikel (Guerin, 2002).
Folikel tersier juga dikenal sebagai folikel antral, ditandai dengan pembentukan rongga berisi cairan yang berdampingan dengan oosit dan disebut antrum. Struktur dasar dari folikel matang sudah terbentuk. Sel granulosa dan sel teka melanjutkan proses mitosis dengan peningkatan volume antrum. Folikel tersier dapat mencapai ukuran yang besar yang dihambat dengan tersedianya FSH. 
Sel granulosa pada folikel tersier mulai berdiferensiasi menjadi empat sub bagian:
• Korona radiata yang mengelilingi zona pelusida
• Membrana melapisi bagian dalam membran basal
• Periantral berdampingan dengan antrum
• Cumulus oophorous yang menghubungkan membran, corona radiata dan sel granulosa.Masing-masing bagian ini memperlihatkan respon yang berbeda terhadap FSH (Ownby 2007).
d. Folikel de Graaf
Folikel matang (De Graaf) tampak sebagai vesikel transparan yang menonjolkan permukaan ovarium. Sebagai akibat penimbunan cairan, rongga folikel makin membesar, dan oosit melekat pada dinding folikel yang dibentuk oleh sel-sel granulosa. Pada stadium ini lapisan granulosa tampak menipis karena penambahan cairan folikel (liquor folikuli) tidak seimbang dengan pembelahan sel-sel granulosa. Sel granulosa yang menyusun lapisan pertama sekitar ovum akan memanjang dan membentuk korona radiata yang menyertai ovum bila meninggalkan ovarium (Junqueira, dkk., 1998). 
Ketika folikel telah benar-benar matang dan membesar, maka folikel akan pecah dan ovum dilepaskan ke dalam rongga abdomen. Peristiwa ini disebut sebagai ovulasi. Ovum yang telah berada dalam abdomen diambil oleh ujung-ujung oviduk. Ovum disalurkan ke dalam uterus dan bila tidak terjadi pembuahan dikeluarkan lewat vagina (Ganong, 1997).
Semua folikel yang tidak lulus seleksi gagal berkembang dan mengalami atresia. Atresia ini dapat terjadi pada folikel primer atau pada semua tingkatan diatasnya. Tampaknya peristiwa atresia ini dimulai dari ovum dan diikuti oleh kematian sel-sel folikel (Leeson, dkk,. 1996). Pada tahap atresia lebih lanjut, maka tanda-tanda histologis yang menunjukkan disintegrasi akan tampak yaitu berupa butir-butir lemak dan granula kasar di dalam ovum, pengkerutan ovum, lepasnya ovum dari sel-sel granulosa disekitarnya dan akhirnya sel-sel granulosa mengalami disintegrasi (Nalbandov, 1990).
e. Corpus Rubrum
Setelah ovulasi, peluruhan dari folikel yang tersisa biasanya menghasilkan struktur yang disebut corpus hemorrhagicum corpus rubrum, folikel yang pecah segera terisi darah. Perdarahan ringan dari folikel ke dalam rongga abdomen. Sel-sel granulosa dan teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi, dan bekuan darah dengan cepat diganti oleh sel luteal (Ganong,  2003).
f. Corpus Luteum
Pada sebagian besar spesies, LH dari kelenjar pituitari mengarahkan luteinisasi dan menstimulasi sel granulosa untuk menghasilkan progesteron. Sel granulosa berproliferasi membesar dan berubah menjadi sel granulosa lutein. Pada beberapa spesies termasuk manusia, kumpulan lipid berpigmen kuning (lutein) dan lipid-lipid lainnya menandai perubahan menjadi sel granulosa lutein. Sel-sel pada teka internal juga bertransformasi menjadi lipid pembentuk sel yang disebut sel teka lutein. Jika terjadi fertilisasi, corpus luteum dipertahankan dan mensekresikan progesteron (Ownby 2007).
g. Corpus Albikan
Bila tidak terjadi kehamilan maka oosit corpus luteum mengalami degenerasi. Pada hirnya digantikan dengan jaringan ikat membentuk korpus albikans.
2.2 Pengertian Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).  Pertumbuhan oosit antara lain berupa peningkatan diameter oosit, pertambahan ukuran dari organel-organel, dan disertai dengan perubahan atau perkembangan pada inti dan sitoplasma (Telfer, 2008).  

2.2.1 Proses Oogenesis
Pada proses oogenesis, pembelahan yang terjadi adalah pembelahan sel secara meiosis, yaitu pembelahan sel kelamin (gonad) betina secara reduksi dimana sel induk diploid (2n) menghasilkan 4 sel induk anakan haploid (n). Pembelahan secara miosis akan menghasilkan gamet yang secara genetik tidak identik (hanya setengah dari induknya), sehingga menyebabkan adanya variasi genetik. Terjadi 2 kali pembelahan meiosis pada proses Oogenesis tanpa diselingi interfase.
terdiri dari beberapa tahap yaitu oogonium mengalami pembelahan mitosis berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom.  Oosit primer melakukan meiosis (tahap I), yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid (n).  Ukurannya lebih besar dari yang lain karena berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer yang lain. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.
Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba fallopi. Apabila oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma (fertilisasi), maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua, begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. 
Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid (n) dengan 30 kromosom dan selanjutnya disebut dengan oosit. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga oosit kemudian mencapai perkembangan akhir atau finalnya menjadi ovum yang matang.  Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan istilah ovulasi.  Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup 24 jam.  Jika ovum yang matang tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi (Campbell, dkk., 2000).
Perkembangan oosit terdiri dari tiga tahap yaitu proliferasi, pertumbuhan,  dan pematangan.  Pada tahap proliferasi terjadi proses mitosis oogonium menjadi beberapa oogonia yang terjadi pada saat pralahir atau sesaat setelah lahir kemudian oogonia berdiferensiasi menjadi oosit primer dengan inti tahap profase I.  Inti oosit pada tahap ini disebut Germinal Vesicle (GV) yang ditandai dengan adanya membrane inti yang utuh dan nucleus yang jelas. Selanjutnya oosit akan memasuki tahap pertumbuhan dan pematangan yang berlangsung bersamaan dengan proses perkembangan folikel.


BAB III
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR
3.1 Alat
-         Scalpel
-         Mikroskop
-         Pinset
-         Cawan Petri
-         Pipet tetes
3.2 Bahan
-         Ovarium Sapi
-         Telur Ayam
3.3. Prosedur Kerja
Percobaan I :
-         Siapakan cawan petri yang steril dan letakan ovarium sapi diatasnya
-         Jepit ovarium dengan menggunakan pinset lalu potongng-potong dengan menggunakan scalpel
-         Teteskan 1 tetes NaCl dengan menggunakan pipet untuk mempermudah penghancuran ovarium menjadi kecil
-         Setelah hancur, ambil sampel dari pecahan ovarium untuk diamati dengan mikroskop
Percobaan II :
-         Telur ayam dipecahkan dan dituangkan isisnya diatas cawan perti besar dengan hati-hati
-         Lalu amati bagina dan morfologi dari telur ayam tersebut

.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASA
4.1 Telur Ayam







Keteranagan :
1.      Putih Telur
2.      Blastodisk/blastoderm
3.      Kuning telur
4.      Chalazae

Pembahasan :
4.1.1        Putih Telur
Putih telur memiliki fungsi sebagai pelindung embrio atau kuning telur yang dibuahai adari berbagai goncangan dan sebagai cadanagan makanan dan air bagi embrio. Putih telur ini memiliki ciri yaitu memiliki warna bening putih dan berada disekeliling putih telur. Putih telur ini juga sering disebut cairan yang berada didalam telur yang sudah dibuahi atau belum dibuahi.
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat lapisan yaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam clan lapisan "Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat ditandai dengan tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung air, maka bagian ini lebih mudah cepat rusak
4.1.2        Blastodisk/Blastoderm
Blastodisk merupakan suatau bulatan kecil yang terletak ditengah kuning telur dimana telur tersebut tidak dibuahai atau steril yang tidak akan menghasilkan individu baru. Sedangkan blastoderm merupakan bulatan hitam dan tengah putih yang hampir sama dengan blastodisk tapi blastoderm dibuahai atau fertil jika disimpan lama bisa menghasilkan embrio atau individu baru. Blastodisk yang tidak dibuahai akan bergerak sesuai dengan gerkan kuning telur.
Pada Blastoderm yang dibuahai pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan,mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian perkembangan embrio.
4.1.3        Kuning Telur
Kuning telur merupakan bagian terpenting pada telur karen bagian dari perkembanagn embrio. Pada bagian kuning telur ini terdapat berbagai zat-zat makanan yang dapat menunjang dan sebagai cadanagn makanan dalam pertumbuhan dan perkembangan embrio. posisi kuning telur yang baru  masih ditengah, bentuknya bulat dan bersih atau sedikit terdapat noda/kotoran di dalam kuningnya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa mutu telur yang baru itu baik.
Lain halnya dengan telur ayam yang sudah lama kuning telurnya sudah agak kotor, tidak jernih, kuningnya memudar dan sudah agak cair. Perubahan bentuk fisik kuning telur mempengaruhi keadaan kualitas kuning telur. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara peneropongan (candling).  Telur yang masih baik keadaan letak kuning telur masih ditengah, dengan pertambahan umur simpan letak kuning telur akan bergeser dari pusat dan kemungkinan dapat sampai menempel pada kulit telur.
4.1.4        Chalazae
Chalazae atau tali kunig telur berfungsi sebagai penyangga atau penahan agar kuning telur dan embrio tetap seimbang dan tetap berada ditengah-tengah. Ciri dari chalazae ini memiliki waran putih bening dan telihat membentang diantara kuning telur. Chalazae terdiairi dari dua bagian yaitu, bagian kiri dan kanan keduanya memilki ukuran dan panjanag yang sama.


BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
            Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pada sel telur ayam terdapat beberapa bagain yaitu ada putih telur,tempat embrio atau kuning telur, penyangga kuning telur atau khalazae dan blastodisk atau blastoderm.








































DAFTAR PUSTAKA
Estes,Faki.2016.Folikulogenesis dan Ovum Ternak. https://dokumen.tips/documents.
Diakses,14 Januari 2018
Kurnia,Jaya.2015.Pengertian dan Proses Oogenesis. http://pengayaan.com/
            Diakses,14 Januari 2018







top blog

Mengenal Silase Sebagai Teknologi Pakan

PEMANFAATAN SILASE SEBAGAI PAKAN   NUTRISI UNTUK TERNAK Oleh : Rodiana                       24032116120 ...