BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Peternakan sapi potong merupakan salah satu
potensi yang sangat menjanjikan. Dilihat dari tersedianya pakan hijau yang ada
di indonesia menjadi pemacu keberhasilan dalam mengelola ternak sapi potong.
Ternak sapi potong, sejak dulu sudah dikenal banyak orang. Namun masih sedikit
masyararakat yang benar-benar menjadikan sapi potong sebagai lahan usaha atau
bisnis,melainkan masyarakat beternak sapi potong sebagai barang simpanan saja.
Keberhasilan dalam mengelola ternak sapi
potong selain dalam hal pemberian pakan dan nutrisi,perkandangn,lingkungan yang
cocok, pengendalian kesehatan ternak sapi potong juga sangat perlu
diperhatikan. Mencegah penyakit menular maupun tidak menular pada sapi potong
juga perlu diperkuat, karena jika sudah terkena penyakit akan menjadi masalah.
Terutama pada pemnambahan biaya yang harus dikeluarkan selain itu bisa
mengurangi kualitas sapi potong.
jika
peternak selalu menjaga ternaknya dalam kondisi yang sehat maka produksinya pun
akan optimal dan jika sebaliknya peternak tidak menjaga ternaknya
produktifitasnya akan menurun akibatnya terjadi kerugian pada peternak. Untuk
itu betul –betul di jaga dan diperhatikan masalah masalah kesehatan ternak,
buat ternak tetap sehat,nyaman dan tetap bisa beraktivitas memakan pakan dengan
keadaan normal.
1.2.
Rumusan
Masalah
-
Bagaimana
karakteristik atau ciri ternak sapi potong yang sehat dan sakit ?
-
Apa
saja faktor penyebab penyakit pada ternak sapi potong ?
-
Bagaimana
cara mencegah serangan dan penularan penyakit pada ternak sapi potong ?
-
Bagaimana
Pengendalian terhadap penyakit ternak sapi potong?
1.3.
Tujuan
Penulisan
-
Untuk
mengetahui karakteristik atau ciri ternak sapi potong yang sehat dan sakit
-
Untuk
mengetahui faktor penyebab penyakit pada ternak sapi potong
-
Untuk
mengetahui cara mencegah serangan dan penularan penyakit pada ternak sapi
potong
-
Untuk
mengetahui cara pengendalian penyakit pada ternak sapi potong
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan
ternak adalah suatu kondisi atau keadaan ternak yang dimana seluruh sel yang
mesnyusunya dan cairan atau hormon yang melakukan fungsinya secara normal tanpa
hambatan atau gangguan. Pengendalian kesehatan ternak berarti
menjaga,memelihara dan mencegah terjadinya gangguan fungsi tubuh ternak agar
tetap normal dan bisa melakukan aktivitas tubuh sehingga bisa tetap menjaga
kualitas dan kuantitas pruduktivitasnya. Penegndalin kesehatan ternak sama saja
dengan menjaga ternak agar terhindar dari berbagai penyakit, baik yang
diakibatkan oleh bakteri karena lingkungan atau perkandangan kotor,virus maupun
mikroorganisme lainnya.
Pengendalian
kesehatan terhadap ternak sapi potong perlu diperhatikan, mengingat betapa
besarnya dampak yang akan terjadi jika ternak sapi potong telah terkena
penyakit. Selain bertambahnya pengeluaran biaya ,akan mempengaruhi kualitas
dagingnya.
2.1.
Karakteristik Ternak Sehat dan Sakit
Ada
beberapa tanda atau ciri yang menunjukan bahwa sapi potong itu sakit atau
sehat. Jika sudah mengetahui tanda-tanda sapi potong sakit kita bisa segera
mengambil tindakn selanjutnya.
2.1.1.
Karakteristik ternak sapi potong sehat
Untuk ternak sapi potong dalam kondisi
sehat akan terlihat karakteristik dan tingkah laku sebagi berikut :
a. Nafsu makan normal
b. Minum
teratur ( biasanya 8 kali sehari )
c. Agresif
d. Istirahat
dengan tenang
e. Pergerakan tidak kaku (telinga sering digerakan,kaki kuat dan mulut basah )
f.
Keadaan mata, selaput lendir dan warna kulit normal
g. Pengeluaran
feses dan urin tidak sulit dengan warna dan konsistensinya normal.
h. Tidak terdapat
gangguan dalam bernafas, denyut nadi dan suhu tubuh (suhu rektal berkisar
antara 38,0 – 39,30C dengan rata-rata 38,60C)
2.1.2.
Karakteristika Ternak Sapi Potong Sakit
Karakteristik yang memberikan indikasi bahwa ternak sapi potong sakit dan ciri-cirinya dapat diamati, antara lain :
a.
Terjadinya
pengeluaran lendir atau cairan yang tidak normal dari mulut, hidung dan mata.
b.
Mata terlihat suram,cekung,mengantuk dan telinga
terkulai
c.
Menurunnya
konsumsi pakan (Nafsu makan berkurang ) atau air
minum, bahkan sama sekali tidak mau makan.
d.
Kotoran sedikit ,mungkin saja terkena diare atau
kering dan keras.
e.
Terjadinya kelainan postur tubuh, sulit berdiri, berjalan atau bergerak.
f.
Gelisah yang berlebihan, batuk atau bersin, diare, feses atau urin
berlendir atau berdarah.
g.
Abnormalnya suhu tubuh, denyut nadi dan pernafasan.
h.
Bobot badan
menurun dan
berjalan sempoyongan.
i.
Kulit tidak elastis,mulut dan hidung kering.
2.2. Faktor
Penyebab Penyakit Ternak
Terdapat beberapa faktor penyebab yang
menimbulkan penyakit pada ternak sapi potong,selain disebabkan oleh faktor
genetik diantarnnya :
2.2.1.
Faktor lingkunagn yang kotor
Lingkungan yang kotor menjadi salah satu
faktor yang memacu timbulnya berbagai penyakit. Salah satu contohnya kandang
yang dibiarkan kotor atau tidak dibersihkan. Kebersihan lingkungan kandang
menjadi tanggung jawab peternak dan kewajiban peternak. Lingkungan kandang yang
kotor membuat mikroorganisme yang bersifat parasit atau patogen berkembang biak
dan akan berpengaruh pada kehidupan ternak sapi potong.
2.2.2. Faktor Mikroorganisme
Selain faktor lingkungan yang kotor
,ternak sapi potong bisa sakit disebabkan oleh mikroorganisme. Kadang-kadang
keadaan lingkungannya bersih mikroorgnisme juga bisa datang menyerang karena
terbawa oleh angin dari tempat lain.Mikroorganisme ini terdiri dari bakteri, virus, protozoa dan kapang yang semuanya dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada sapi. Penggunaan desinfektan, perlakuan
pemanasan dan pengeringan cukup efektif untuk membunuh beberapa spesies
bakteri. Membersihkan kotoran ternak yang lebih sering serta membersihkan dan
mendesinfektan peralatan atau fasilitas dan sanitasi lainnya akan mencegah
beberapa penyakit bakteri. Vaksinasi sangat penting dilakukan untuk mencegah
penyakit yang disebabkan oleh spora bakteri. Pemberian antibiotik dan
obat-obatan lain efektif untuk mengobati ternak yang terkena penyakit akibat
bakteri.
Virus merupakan mikroorganisme yang paling kecil dan mampu menyebabkan
panyakit pada ternak. Virus tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Virus
dapat menular pada sel hidup yang lain serta tumbuh dan berkembang biak.
Penyebaran virus sangat cepat sehingga penyakit yang disebabkan oleh virus
mudah menular pada ternak yang lain.Misalnya penyakit Maliganant Catarrhal Fever (MCF)
Parasit adalah organisme yang hidupnya bergantung pada organisme lain.
Parasit adalah penyebab penyakit yang paling luas pada ternak. Sebagian besar
ternak pernah terinfeksi oleh satu atau beberapa parasit, misalnya parasit
internal (cacing), parasit eksternal (kutu, caplak, tengu/mites) atau
kedua-duanya selama ternak hidup. Pemeriksaan rutin pada ternak perlu dilakukan
dan segera diberi insektisida yang sesuai (untuk parasit eksternal) serta
adanya program sanitasi yang baik untuk membantu mencegah masalah parasit ini.
2.2.3.
Kecelakaan
Luka, lebam, keseleo, patah tulang dan kecelakaan lain dapat berakibat
besar pada keseluruhan kesehatan dan produktivitas ternak. Luka kecil
seringkali menjadi masalah serius bila terjadi infeksi penyakit dan keseleo
akan menghambat gerakan ternak untuk mendapatkan pakan. Ternak yang tidak cukup
mendapat pakan, ADG, efisiensi pakan dan produksinya akan menurun.
2.2.4.
Faktor Pakan atau Nutrisi
Masalah kesehatan sapi juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya nutrisi
yang masuk ke dalam tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh maksimal bila pakan
kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein, KH, LK, vitamin,
mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan
penyakit seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle dissease.
Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan
pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan produks
2.3. Mencegahan Serangan dan
Penularan Penyakit
Walaupun Indonesia sampai saat ini masih dinyatakan terbebas dari berbagai
penyakit menular yang bersifat zoonosis (bisa menular pada manusia) seperti
penyakit PMKdan antharaks tetapi tetap harus melakukan
berbagai upaya pencegahan, antara lain :
2.3.1 Menggunakan kandang karantina
Tujuan dari karantina ini adalah untuk memastikan ternak yang baru
datang dari luar wilayah peternakan terbebas dari penyakit. Kandang
karantina harus terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak
pejantan yang lain, hal ini bertujuan untuk menghindari penularan penyakit
oleh ternak yang baru di datangkan.
Cara
melakukannya ternak yang baru tiba di lokasi
peternakan tidak langsung ditempatkan pada kandang/ tempat pemeliharaan
permanent, tetapi tempatkan dahulu pada kandang sementara untuk proses adaptasi
yang memerlukan waktu sekitar beberapa minggu. Dalam proses adaptasi ternak
diamati terhadap penyakit cacing (dengan memeriksa fesesnya), penyakit orf,
pink eye, kudis, diare, dan sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit
tertentu segera diobati dan lakukan isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk
adaptasi terhadap jenis pakan yang akan digunakan dalam usaha ternak kambing.
Pada adaptasi ini biasanya harus disiapkan berbagai obat-obatan untuk
mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya berbagai penyakit. Setelah 7-21
hari ternak dalam keadaan sehat, maka siap untuk dipindahkan dalam kandang
utama.
2.3.2
Melarang impor sapi atau daging sapi dari negara yang tidak bebas PMK
Salah satu masalah yang saat ini sedang dihadapi Indonesia adalah adanya
impor daging ilegal dari India. Seperti
diketahui, India adalah negara yang belum bebas dari penyakit mulut dan kuku.
Karena itu impor daging ilegal dari India bisa menyebabkan berjangkitnya
penyakit tersebut di Indonesia. Untuk itu diharapkan pemerintah dapat bertindak
tegas terhadap para penyelundup yang hanya berorientasi pada keuntungan semata,
tanpa mempertimbangkan faktor kesehatan msyarakat.
2.3.3 Vaksinasi berkala
Beberapa penyakit pada sapi potong yang disebabkan oleh virus saat ini
sudah bisa dicegah dengan vaksinasi. Misalnya Anthrax, Jembrana dan Septicaemia
epizootica. Khusus untuk sapi-sapi induk yang dipelihara untuk menghasilkan
bakalan, vaksin biasanya diberikan secara berkala setiap 6 bulan atau satu
tahun sekali. Pemberian vaksin dimulai ketika sapi masuk lokasi usaha
peternakan. Sementara itu, untuk sapi bakalan
yang hanya dipelihara dalam waktu singkat (kurang dari 6 bulan), program
vaksinasi cukup diberikan satu kali.
2.3.4
Pemberian obat cacing secara berkala
Pada saat sapi-sapi mulai dimasukkan ke dalam kandang untuk digemukkan,
obat cacing sudah harus diberikan untuk mencegah pemborosan pakan. Untuk sapi
bakalan, obat cacing cukup diberikan pada saat pertama kali sapi masuk kandang,
sedangkan pada induk penghasil bakalan sebaiknya obat cacing diberikan secara
berkala setiap 6 bulan sekali.
2.3.5. Menjaga kebersihan lingkungan
Setiap kali terjadi pergantian
sapi, sebaiknya kandang dibersihkan dengan desinfektan. Apabila air melimpah,
kandang dapat dibersihkan setiap hari, termasuk juga memandikan sapi.
Pembersihan kotoran dapat dilakukan 2 – 3 kali sehari.Tingkat sanitasi
lingkungan dan higienis merupakan indikator kebaikan manajemen kesehatan ternak.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a.
Sanitasi lingkungan yang terbaik adalah terjaganya kebersihan. Penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme dan parasit akan lebih mudah berkembang
biak pada lingkungan yang kotor.
b. Keadaan yang harus suci hama pada peralatan operasional yang digunakan
dalam tatalaksana sehingga menjamin kesehatan ternak.
c.
Menggunakan beberapa desinfektan. Desinfektan harus efektif menyerang
mikroorganisme secara luas, efektif dalam konsentrasi rendah, ekonomis, tidak
menyebabkan iritasi, korosif, tidak menyebabkan noda (meninggalkan warna),
tidak inaktif oleh bahan organik atau mineral, stabil dalam penyimpanan dan
penggunaan, mudah diaplikasikan dan efektif dalam periode pendek atau pada suhu
rendah.( Akoso 1996
)
2.3.6. Pemeriksaan
Kesehatan Harian
Pengamatan kesehatan harian dilakukan
setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pengamatan kesehatan harian ini
bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan ternak dan mengetahui ada tidaknya
abnormalitas pada ternak sehingga jika ditemukan ternak yang sakit
atau mengalami kelainan dapat segera ditangani. Pada pagi hari pemeriksaan
kesehatan hewan dilakukan sebelum kandang dibersihkan. Sedangkan pada
sore hari, pemeriksaan dilakukan sesudah sapi diberi makan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada saat melakukan pemeriksaan kesehatan harian antara lain nafsu makan dari
ternak, mengamati keadaan sekitar ternak (mengamati feses, urin, dan keadaan
sekitar kandang apakah terdapat bercak-bercak darah atau tidak), mengamati
keadaan tubuh ternak normal atau tidak (bisa dilihat dari hidung, kejernihan
mata, telinga dan bulu ternak), mengamati cara ternak berdiri atau bergerak,
ada tidaknya luka atau pembengkakan serta ada atau tidaknya eksudat pada
luka. Kondisi feses feses yang tidak normal (encer)
mengindikasiakan adanya kelainan atau suatu penyakit pada sistem
pencernannya. Adanya pengamatan kesehatan
harian diharapkan abnormalitas yang ada dapat ditangani sesegera
mungkin dan apabila ada pejantan yang sakit dapat segera
diobati. Saat pengamatan kesehatan harian juga dilakukan recording atau
pencatatan abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang lengkap
mengenai riwayat penyakit yang pernah di alami oleh pejantan.
2.3.7. Penanganan
Kesehatan Hewan
Penanganan kesehatan hewan bertujuan untuk
melakukan pemeriksaan dan penanganan medis pada pejantan yang sakit sehingga
pejantan yang sakit secepatnya dapat ditangani sesuai dengan gejala klinis yang
timbul. Penanganan kesehatan hewan dilakukan saat ditemukan adanya kelainan
atau gejala klinis yang terlihat pada hewan setelah dilakukan pengontrolan
rutin.
a. Pemeriksaan Klinis
Ternak yang terlihat menunjukkan adanya
gejala klinis maka akan dilakukan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis
tersebut dilakukan Sebelum pengobatan. Pemeriksaan klinis dapat dilakukan
didalam dan diluar kandang (di kandang jepit). Pemeriksaan klinis meliputi :
1) Pengukuran
suhu tubuh melalui rektum dengan cara memasukkan thermometer kedalam rektum dan
dibiarkan selama 3 menit, kemudian dibaca suhunya.
2) Pengukuran
pulsus dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
3) Pengukuran
frekuensi pernafasan dan lapang paru-paru untuk mengetahui apakah frekuensi
pernafasan hewan normal atau tidak.
4) Palpasi
dilakukan dengan sentuhan atau rabaan pada bagian yang akan diperiksa apakah
normal atau tidak.
b. Pengobatan
Pengobatan
dilakukan apabila telah ditemukan ternak yang didiagnosa sakit berdasarkan
pengamatan harian. Pengobatan ternak dilakukan sesuai diagnosa yang
ditentukan,dengan dosis obat yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan ternak
sapi potong. Ternak sapi potong yang sakit diistirahatkan dikandang karantina
hingga dinyatakan sehat oleh kesehatan hewan.
c. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin pada ternak dilakukan
secara rutin sebulan sekali. Vitamin yang diberikan antara lain adalah vitamin
A, D, dan E. Pemberian vitamin dilakukan untuk menjaga kondisi
kesehatan ternak sehingga produkstifitasnya terjaga.
d. Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku pada setiap ternak umumnya
dilakukan secara rutin yaitu setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan
masalah seperti ternak yang kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan
dalam panjangnya tidak seimbang maka pemotongan kuku dapat dilakukan
sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengembalikan posisi normal kuku, membersihkan kotoran pada celah kuku,
menghindari pincang, mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini
terhadap laminitis dan kemungkinan terjadinya infeksi pada kuku.
Kuku harus mendapat perhatian terutama
pada ternak yang selalu berada di dalam kandang. Hal ini dapat
menyebabkan kuku menjadi lebih lunak karena sering terkena feses dan urine
serta luka akibat terperosok dalam selokan pembuang kotoran yang menyebabkan
infeksi busuk kuku. Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet
pertumbuhan kukunya lebih cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di
kandang berlantai semen. Hal ini karena setiap hari ternak berpijak pada
permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan terkikis
dengan sendirinya. Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata
teito (pisau pemotong kuku), rennet, gerinda, mistar ukur, dan tali hirauci.
Bahan dan obat-obatan yang diperlukan adalah perban, kapas, Providon
iodine, Gusanex, antibdiotik, antiinflamasi, dan salep.
e. Desinfeksi
Kandang
Desinfeksi kandang dilakukan
setiap dua kali dalam sebulan dengan menggunakan sprayer yang telah
terisi larutan desinfektan dan disemprotkan ke seluruh lantai, dinding,
palungan dan halaman kandang. Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk mengendalikan
populasimikroorganisme yang berpotensi menimbulkan penyakit sehingga merugikan
kesehatan ternak.Kegiatan desinfeksi dapat menggunakan desinfektan
Bestadest dengan dosis 2,5 s/d 5 ml/liter (untuk 4m2) atau
Benzaklin dengan dosis 60 ml/10 liter air disemprotkan keseluruh lantai,
dinding, halaman kandang, dan kuku pejantan.
f. Kontrol
Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya
menumpang pada bagian luar atxau permukaan tubuh inangnya, seperti berbagai
jenis serangga (lalat, dll) serta jenis akari (caplak, tungau dll). Keberadaan
ektoparasit akan mengakibatkan ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan
ternak menurun dan akan berdampak pada kualitas produk ternak. oleh karena itu
penyemprotan anti ektoparasit sangat penting dalam agenda pencegahan
penyakit. Penyemprotan anti ektoparasit merupakan suatu
tindakan pengendalian terhadap parasit-parasit dari luar tubuh yang
dapat mengganggu kesehatan ternak. Ektoparasit dapat menyebabkan stres pada
pejantan, serta dapat bertindak sebagai vektor mekanik maupun biologis
penyakit hewan.
Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan
secara rutin setiap sebulan sekali menggunakan sunschin dengan
obat anti ektoparasit cyperkiller 25 WP (25% Cypermethrin dengan
dosis 30 gr/50 liter air) dan disemprotkan ke bagian tubuh ternak,
seperti bagian perut, pantat, kaki dan punggung. Penyemprotan anti
ektoparasit dilakukan sebaiknya tidak mencemari pakan, tempat pakan, dan
air minum. Cypermethrin adalah piretroid sintetis yang digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Ini berperan sebagai neurotoksin cepat bertindak pada serangga.
Dalam hal ini mudah terdegradasi di tanah dan tanaman. Cypermethrin sangat
beracun untuk ikan, lebah dan serangga air, menurut National Pestisida Jaringan
Telekomunikasi (NPTN). Cypermethrin banyak ditemukan dalam pembunuh semut, dan
pembunuh kecoa, termasuk Raid dan kapur semut.
Anti ektoparasit lain yang digunakan untuk
ternak adalah gusanex. Cara pemakaiannya yaitu dengan
menyemprotkan gusanex pada bagian tubuh ternak yang mengalami luka.
Tujuannya agar luka tersebut segera kering dan tidak dihinggapi oleh lalat yang
selanjutnya akan menjadi tempat berkembangnya telur lalat dan ektoparasit
lainnya.
g. Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekurity merupakan
suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti
sistem untuk mengoptimalkan produksi ternak secara keseluruhan, dan merupakan
bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity adalah
semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan
dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/ penularan dengan peternakan
tertular dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosecurity merupakan
tindakan perlindungan terhadap ternak dari berbagai bibit penyakit (bakteri dan
virus) melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan orang atau individu yang
terlibat dalam siklus pemeliharaan yang dimaksud. Tujuannya yaitu supaya bibit
penyakit (bakteri dan virus) yang terbawa dari luar tidak menyebar dan
menginfeksi ternak. Tindakanbiosecurity meliputi :
a. Lokasi
peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar yang dapat merugikan.
b. Melakukan desinfeksi
dan penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat, nyamuk, kumbang,
belalang disetiap kandang secara berkala.
c. Setiap kendaraan
yang akan masuk ke areal peternakan harus melewati bak biosecuritydan
disemprot, yang mana cairan yang digunakan adalah cairan desinfektan (lysol).
d. Setiap petugas
yang akan masuk ke kandang diharuskan mencelupkan sepatu boot ke dalam
bak biosecurity yaitu wadah berisi desinfektan yang sudah
disediakan.
e. Segera
mengeluarkan ternak yang mati untuk diotopsi lalu dikubur atau dimusnahkan.
f. Selain
petugas dilarang memasuki areal kandang.
g. Membatasi
kendaraan yang masuk ke areal kandang.
h. Meyediakan kendaraan
khusus bagi tamu yang berkunjung, contohnya seperti keretabiosecurity.
i. Untuk
aktivitas di dalam laboratorium harus menggunakan pakaian khusus berupa jas dan
alas kaki khusus untuk laboratorium
h. Pemberian
Obat Cacing
Pemberian obat cacing secara per
oral dan dilakukan terhadap seluruh ternak setiap pergantian
musim. Ternaki yang mengidap parasit cacing sulit diprediksi bila dilihat
dari kondisi fisiknya sehingga untuk mengantisipasi terjadinya infeksi dan
berkembang biaknya cacing dalam tubuh ternak maka diperlukan pemberian obat
cacing. Dosis yang diberikan terhadap ternak ialah menurut berat badannya.
Pemberian obat cacing dilakukan terhadap seluruh ternak setiap 6 bulan
sekali. Obat cacing yang digunakan adalah Albendazole dengan
dosis 1 ml/10 kg berat badan ternak.
I.
Otopsi
Bila terjadi kasus kematian ternak maka
dilakukan otopsi atau bedah bangkai pada hari yang sama. Setelah itu dilakukan
patologi anatomi, diambil potongan kubus 1 cm pada organ yang terjadi kelainan,
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan formalin 10%. Sampel
tersebut kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut, baru
kemudian dilakukan pencatatan atau laporan mortilitas ternak.
2.4. Pengendalian Penyakit Ternak
Pengendalian penyakit harus dilakukan dalam usaha peternakan, karena
menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam usaha tersebut . Menurut Yunilas
(2011) program pengendalian penyakit ada dua yaitu :
2.4.1. Program pencegahan penyakit dan kontrol ternak
dikandang
Pengawasan penyakit seharusnya lebih mudah pada
pemeliharaan secara intensif dibanding ekstensif, namun secara umum
masalah-masalah yang dihadapi adalah identik.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penggelolaan
sapi potong secara intensif:
1.
Walaupun
sapi tidak digembalakan, pengawasan terhadap caplak masih sangat perlu pada
daerah yang belum bebas caplak dan jangan dilalaikan.
2.
Pengawasan
terhadap parasit dalam, juga masih diperlukan terutama pada ternak yang lebih
muda, dimana banyak parasit yang mungkin terdapat pada hijauan yang dipotong di
lapangan.
2.4.2. Program pencegahan
penyakit dan kontrol ternak di ranch
Masalah-masalah yang berhubungan
dengan penggolongan ternak sapi potong di ranch adalahh:
a.
Penyakit mulut dan kuku
b.
Penyakit-penyakit wabah dan
beberapa parasit eksternal dapat diatasi dengan program pemberantasan
bencana,perbaikan produksi dan distribusi vaksin dan perbaikan makanan serta
pengelolaan.
c.
Pedet muda lebih mudah terserang penyakit pneumonia
pada udara yang sangat lembab.
BAB III
PENUTUPUAN
3.1. Kesimpulan
Pengendalian
kesehatan ternak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem usaha
ternak terutama ternak sapi potong, hal tersebut karena merupakan faktor
penting yang memacu keberhasilan dalam beternak. Upaya yang dilakukan menjaga
kebersihan lingkungan kandang dan peralatan kandang, menjaga kebersihan
ternak,pemberian pangan yang cukup dan berkualitas,melaksanakan vaksinasi
secara teratur dan memisahkan ternak yang sakit dengan yang sehat melaui
kandang karantina.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
08-Maret-2017
Ratmus.s, http://syaifulratmus.blogspot.co.id/2015/05/manajemen-kesehatan-ternak-ruminansia.html ,2015,Manajemen Kesehatan
Ternak Rumunansia
Diakses 11-Maret-2017
Saputro.T, http://www.ilmuternak.com/2015/06/manajemen-kesehatan-pada-ternak.html
,2015,Manajemen Kesehatan pada Ternak.
Diakses 11-Maret-2017
Parista.E, http://etikafarista.blogspot.co.id/2012/12/makalah-pengendalian-penyakit-pada-sapi.html ,2012,
ETIKA BLOG ANIMAL HUSBANDRY
Diakses 11-Maret-2017