Kamis, 12 Maret 2020

LAPORAN PRAKTIKUM REFRODUKSI TERNAK

LAPORAN
PRAKTIKUM REPRODUKSI TERNAK
FOLIKULOGENESIS DAN OVUM TERNAK



Oleh :
Rodiana            24032116120







 















PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2018


KATA PENGANTAR
            Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T ,karena berkat rahmat dan karunianya kami bisa melaksanakan dan menuntaskan tugas matakuliah Refroduksi Ternak dalam praktikum folikulogenesis dan ovum ternak tepat pada waktunya.
            Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang ikut andil dalam menyusunan makalah ini. Semoga semua yang telah dikorbankan mulai dari waktu, materi dan pikiran semuanya terbalaskan dengan dimudahkannya mencari ilmu dan bertambahnya ilmu yang didapat.
            Dalam laporan yang saya susun ini membahas mengenai, proses pertumbuhan dan perkembangan folikel dan ovum, mengenal proses oogenesis ,mengenal jenis daro folikel dan ovum, mengidentifikasi sel telur yang terdapat pada ayam dan mengidentifikasi sel ovum pada sapi.
            Mungkin itu yang bisa penulis sampaikan, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan kami berharap kritik dan saran dari dosen pengajar untuk perbaikan makalah yang kami susun ini. Sekian dan terimakasih.

Garut,14 Januari 2018


Penyusun













DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHLUAN
1.1  Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2  Identifikasi Masalah.................................................................................................... 1
1.3  Maksud dan Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Folikulogenesis............................................................................................... 2
2.2 Proses Folikulogenesis................................................................................................ 2
2.3 Pengertian Oogenesis.................................................................................................. 4
2.4 Proses Oogensis......................................................................................................... 5
BAB III ALAT BAHAN DAN PROSEDUR
3.1 Alat............................................................................................................................ 6
3.2 Bahan......................................................................................................................... 6
3.3 Prosedur Kerja........................................................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Telur Ayam................................................................................................................ 7
4.1.1 Putih Telur............................................................................................................... 7
4.1.2 Blastodisk/Blastoderm............................................................................................. 8
4.1.3 Kuning Telur............................................................................................................ 8
4.1.4 Khalazae................................................................................................................. 8
BAB V PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Bereproduksi atau berkembang biak merupakan suatu proses yang penting bagi makhluk hidup. Tujuan untuk berkembang biak adalah untuk mendapatkan keturunan sehingga makhluk hidup tidak akan punah. Begitu pula dengan hewan ternak, untuk dapat bereproduksi maka ternak harus sudah memasuki masa dewasa kelamin. Hal tersebut dikarenakan organ reproduksi akan berfungsi jika sudah memasuki masa dewasa kelamin.
Alat reproduksi akan berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung. Pada ternak betina terdapat ovum yang dibentuk di dalam ovarium. Ovum yang sudah dibentuk akan dibungkus oleh lapisan yang benama folikel. Proses pembuatan ovum tersebut dinamakan dengan proses oogenesis. Sedangkan pembentuka folikel akan dilakukan dengan proses yang dinamakan folikulogenesis. 
Folikulogenesis adalah proses pertumbuhan dan perkembangan folikel yang didalamnya terjadi proses oogenesis. Folikulogenesis terjadi sejak hewan mencapai pubertas,. Folikulogenesis sendiri berlangsung dibawah kendali hormon gonadotropin, yaitu FSH (Follicle stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone). Tahap folukulogenesis adalah terdiri dari folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de graaf, corpus rubrum, corpus luteum, corpus audikans.
Dari uraian di atas maka diperlukan pemahaman tentang tahap folikulogenesis dan ovum ternak.  Untuk itu sangat penting dilakukan praktikum folikulogenesis dan ovum ternak karena pemahaman ini merupakan sebagai dasar ilmu dari persilangan genetik atau perkembangan fertilisasi secara in vitro pada ternak.
1.2         Identifikasi Masalah
-         Bagaimana bentuk dan morfologi sel telur sapi
-         Bagaimana bentuk dan morfologi sel telur ayam ?
1.3         Maksud dan Tujuan
-         Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang folikulogenesis
-         Mahasiswa dapat melihat dan menemukan sel telur yang merupakan bagian dari proses perkembangan folikel daidalam ovarium dengan diproduksinya sel telu tersebut
-         Membedakan sel telur ternak mamalia dan sel telur unggas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Folikulogenesis
Folikulogenesis adalah proses perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan proliferasi dan differensiasi komponen sel pada folikel. Dinamika folikel terjadi selama folikel merupakan perubahan tahap perkembangan folikel mulai dari folikel primordial sampai folikel tersier termaksud perubahan ekspresi mRNA yang mengkode reseptor GnRH, hormon steroid dan diikuti seleksi folikel. Perkembangan folikel akan menyediakan lingkungan yang optimal untuk maturasi oosit sehingga siap untuk fertilisasi (Andi Fausiah, 2014), dalam folikulogenesis terdapat pembentukan oosit (sel telur) yang disebut oogenesis.
2.1.1 Proses Folikulogenesis
Proses perkembangan dan maturasi folikel dikontrol oleh kelenjar hipofisa, yaitu dengan mensekresikan FSH (follicle stimulating hormone), LH (lutenizing hormone) dan prolaktin pada beberapa spesies. 
a. Folikel Primer
Sejak mamalia betina lahir, terdapat banyak folikel primer di dalam korteks ovarium. Masing-masing terdiri dari sebuah oosit primer yang dibungkus oleh selapis sel folikel. Sebuah lamina basal terdapat di bawah sel folikel dan merupakan pembatas antara folikel avaskular dengan stroma ovarium (Junqueira, dkk., 1998).
Oosit membentuk mikrovili, sedangkan sel granulosa (sel folikel) yang menyelubunginya membentuk filopodia (tonjolan-tonjolan halus yang panjang  ke arah oosit) yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dari jaringan induk (ovarium) ke oosit. Sel-sel granulosa membentuk zona pelusida. zona pellusida terbentuk disekitar oosit memisahkannya dari sel granulosa di sekelilingnya. Zona pellucida yang masih mengikuti oosit sesudah ovulasi, mengandung enzim yang mengkatalis penetrasi sperma (Ownby 2007).
b. Folikel Sekunder
Perkembangan selanjutnya dari folikel primer adalah membentuk folikel sekunder. Pada fase ini untuk pertama kalinya folikel mengalami perbanyakan sel dan terdapat lapisan kedua di sekitar oosit. Folikel sekunder mengalami pertambahan ukuran dan jumlah yang cukup besar. Selanjutnya sel-sel folikel tersebut bersatu membentuk lapisan granulosa. Oosit primer mulai tumbuh dan memperbesar ukurannya. Pada perkembangan akhir, folikel sekunder terlihat dikelilingi oleh ruangan yang tidak teratur dan merupakan hasil diferensiasi sel-sel epitel dari stroma ovarium. Sel-sel epitel tersebut kemudian secara bersama-sama membentuk teka folikuli. Folikel sekunder dengan teka folikuli ini disebut juga sebagai folikel preantral. Pada perkembangan akhir folikel sekunder terjadi pemisahan teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna  (Guerin, 2002).
c. Folikel Tersier
Folikel tersier disebut juga folikel caviti atau folikel antral, dicirikan dengan adanya caviti (antrum) dan diferensiasi teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna. Pertumbuhan folikel tersier terutama disebabkan pembelahan yang sangat cepat dari sel-sel folikel (Guerin, 2002).
Folikel tersier juga dikenal sebagai folikel antral, ditandai dengan pembentukan rongga berisi cairan yang berdampingan dengan oosit dan disebut antrum. Struktur dasar dari folikel matang sudah terbentuk. Sel granulosa dan sel teka melanjutkan proses mitosis dengan peningkatan volume antrum. Folikel tersier dapat mencapai ukuran yang besar yang dihambat dengan tersedianya FSH. 
Sel granulosa pada folikel tersier mulai berdiferensiasi menjadi empat sub bagian:
• Korona radiata yang mengelilingi zona pelusida
• Membrana melapisi bagian dalam membran basal
• Periantral berdampingan dengan antrum
• Cumulus oophorous yang menghubungkan membran, corona radiata dan sel granulosa.Masing-masing bagian ini memperlihatkan respon yang berbeda terhadap FSH (Ownby 2007).
d. Folikel de Graaf
Folikel matang (De Graaf) tampak sebagai vesikel transparan yang menonjolkan permukaan ovarium. Sebagai akibat penimbunan cairan, rongga folikel makin membesar, dan oosit melekat pada dinding folikel yang dibentuk oleh sel-sel granulosa. Pada stadium ini lapisan granulosa tampak menipis karena penambahan cairan folikel (liquor folikuli) tidak seimbang dengan pembelahan sel-sel granulosa. Sel granulosa yang menyusun lapisan pertama sekitar ovum akan memanjang dan membentuk korona radiata yang menyertai ovum bila meninggalkan ovarium (Junqueira, dkk., 1998). 
Ketika folikel telah benar-benar matang dan membesar, maka folikel akan pecah dan ovum dilepaskan ke dalam rongga abdomen. Peristiwa ini disebut sebagai ovulasi. Ovum yang telah berada dalam abdomen diambil oleh ujung-ujung oviduk. Ovum disalurkan ke dalam uterus dan bila tidak terjadi pembuahan dikeluarkan lewat vagina (Ganong, 1997).
Semua folikel yang tidak lulus seleksi gagal berkembang dan mengalami atresia. Atresia ini dapat terjadi pada folikel primer atau pada semua tingkatan diatasnya. Tampaknya peristiwa atresia ini dimulai dari ovum dan diikuti oleh kematian sel-sel folikel (Leeson, dkk,. 1996). Pada tahap atresia lebih lanjut, maka tanda-tanda histologis yang menunjukkan disintegrasi akan tampak yaitu berupa butir-butir lemak dan granula kasar di dalam ovum, pengkerutan ovum, lepasnya ovum dari sel-sel granulosa disekitarnya dan akhirnya sel-sel granulosa mengalami disintegrasi (Nalbandov, 1990).
e. Corpus Rubrum
Setelah ovulasi, peluruhan dari folikel yang tersisa biasanya menghasilkan struktur yang disebut corpus hemorrhagicum corpus rubrum, folikel yang pecah segera terisi darah. Perdarahan ringan dari folikel ke dalam rongga abdomen. Sel-sel granulosa dan teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi, dan bekuan darah dengan cepat diganti oleh sel luteal (Ganong,  2003).
f. Corpus Luteum
Pada sebagian besar spesies, LH dari kelenjar pituitari mengarahkan luteinisasi dan menstimulasi sel granulosa untuk menghasilkan progesteron. Sel granulosa berproliferasi membesar dan berubah menjadi sel granulosa lutein. Pada beberapa spesies termasuk manusia, kumpulan lipid berpigmen kuning (lutein) dan lipid-lipid lainnya menandai perubahan menjadi sel granulosa lutein. Sel-sel pada teka internal juga bertransformasi menjadi lipid pembentuk sel yang disebut sel teka lutein. Jika terjadi fertilisasi, corpus luteum dipertahankan dan mensekresikan progesteron (Ownby 2007).
g. Corpus Albikan
Bila tidak terjadi kehamilan maka oosit corpus luteum mengalami degenerasi. Pada hirnya digantikan dengan jaringan ikat membentuk korpus albikans.
2.2 Pengertian Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).  Pertumbuhan oosit antara lain berupa peningkatan diameter oosit, pertambahan ukuran dari organel-organel, dan disertai dengan perubahan atau perkembangan pada inti dan sitoplasma (Telfer, 2008).  

2.2.1 Proses Oogenesis
Pada proses oogenesis, pembelahan yang terjadi adalah pembelahan sel secara meiosis, yaitu pembelahan sel kelamin (gonad) betina secara reduksi dimana sel induk diploid (2n) menghasilkan 4 sel induk anakan haploid (n). Pembelahan secara miosis akan menghasilkan gamet yang secara genetik tidak identik (hanya setengah dari induknya), sehingga menyebabkan adanya variasi genetik. Terjadi 2 kali pembelahan meiosis pada proses Oogenesis tanpa diselingi interfase.
terdiri dari beberapa tahap yaitu oogonium mengalami pembelahan mitosis berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom.  Oosit primer melakukan meiosis (tahap I), yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid (n).  Ukurannya lebih besar dari yang lain karena berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer yang lain. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.
Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba fallopi. Apabila oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma (fertilisasi), maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua, begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. 
Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid (n) dengan 30 kromosom dan selanjutnya disebut dengan oosit. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga oosit kemudian mencapai perkembangan akhir atau finalnya menjadi ovum yang matang.  Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan istilah ovulasi.  Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup 24 jam.  Jika ovum yang matang tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi (Campbell, dkk., 2000).
Perkembangan oosit terdiri dari tiga tahap yaitu proliferasi, pertumbuhan,  dan pematangan.  Pada tahap proliferasi terjadi proses mitosis oogonium menjadi beberapa oogonia yang terjadi pada saat pralahir atau sesaat setelah lahir kemudian oogonia berdiferensiasi menjadi oosit primer dengan inti tahap profase I.  Inti oosit pada tahap ini disebut Germinal Vesicle (GV) yang ditandai dengan adanya membrane inti yang utuh dan nucleus yang jelas. Selanjutnya oosit akan memasuki tahap pertumbuhan dan pematangan yang berlangsung bersamaan dengan proses perkembangan folikel.


BAB III
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR
3.1 Alat
-         Scalpel
-         Mikroskop
-         Pinset
-         Cawan Petri
-         Pipet tetes
3.2 Bahan
-         Ovarium Sapi
-         Telur Ayam
3.3. Prosedur Kerja
Percobaan I :
-         Siapakan cawan petri yang steril dan letakan ovarium sapi diatasnya
-         Jepit ovarium dengan menggunakan pinset lalu potongng-potong dengan menggunakan scalpel
-         Teteskan 1 tetes NaCl dengan menggunakan pipet untuk mempermudah penghancuran ovarium menjadi kecil
-         Setelah hancur, ambil sampel dari pecahan ovarium untuk diamati dengan mikroskop
Percobaan II :
-         Telur ayam dipecahkan dan dituangkan isisnya diatas cawan perti besar dengan hati-hati
-         Lalu amati bagina dan morfologi dari telur ayam tersebut

.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASA
4.1 Telur Ayam







Keteranagan :
1.      Putih Telur
2.      Blastodisk/blastoderm
3.      Kuning telur
4.      Chalazae

Pembahasan :
4.1.1        Putih Telur
Putih telur memiliki fungsi sebagai pelindung embrio atau kuning telur yang dibuahai adari berbagai goncangan dan sebagai cadanagan makanan dan air bagi embrio. Putih telur ini memiliki ciri yaitu memiliki warna bening putih dan berada disekeliling putih telur. Putih telur ini juga sering disebut cairan yang berada didalam telur yang sudah dibuahi atau belum dibuahi.
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat lapisan yaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam clan lapisan "Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat ditandai dengan tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung air, maka bagian ini lebih mudah cepat rusak
4.1.2        Blastodisk/Blastoderm
Blastodisk merupakan suatau bulatan kecil yang terletak ditengah kuning telur dimana telur tersebut tidak dibuahai atau steril yang tidak akan menghasilkan individu baru. Sedangkan blastoderm merupakan bulatan hitam dan tengah putih yang hampir sama dengan blastodisk tapi blastoderm dibuahai atau fertil jika disimpan lama bisa menghasilkan embrio atau individu baru. Blastodisk yang tidak dibuahai akan bergerak sesuai dengan gerkan kuning telur.
Pada Blastoderm yang dibuahai pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan,mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian perkembangan embrio.
4.1.3        Kuning Telur
Kuning telur merupakan bagian terpenting pada telur karen bagian dari perkembanagn embrio. Pada bagian kuning telur ini terdapat berbagai zat-zat makanan yang dapat menunjang dan sebagai cadanagn makanan dalam pertumbuhan dan perkembangan embrio. posisi kuning telur yang baru  masih ditengah, bentuknya bulat dan bersih atau sedikit terdapat noda/kotoran di dalam kuningnya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa mutu telur yang baru itu baik.
Lain halnya dengan telur ayam yang sudah lama kuning telurnya sudah agak kotor, tidak jernih, kuningnya memudar dan sudah agak cair. Perubahan bentuk fisik kuning telur mempengaruhi keadaan kualitas kuning telur. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara peneropongan (candling).  Telur yang masih baik keadaan letak kuning telur masih ditengah, dengan pertambahan umur simpan letak kuning telur akan bergeser dari pusat dan kemungkinan dapat sampai menempel pada kulit telur.
4.1.4        Chalazae
Chalazae atau tali kunig telur berfungsi sebagai penyangga atau penahan agar kuning telur dan embrio tetap seimbang dan tetap berada ditengah-tengah. Ciri dari chalazae ini memiliki waran putih bening dan telihat membentang diantara kuning telur. Chalazae terdiairi dari dua bagian yaitu, bagian kiri dan kanan keduanya memilki ukuran dan panjanag yang sama.


BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
            Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pada sel telur ayam terdapat beberapa bagain yaitu ada putih telur,tempat embrio atau kuning telur, penyangga kuning telur atau khalazae dan blastodisk atau blastoderm.








































DAFTAR PUSTAKA
Estes,Faki.2016.Folikulogenesis dan Ovum Ternak. https://dokumen.tips/documents.
Diakses,14 Januari 2018
Kurnia,Jaya.2015.Pengertian dan Proses Oogenesis. http://pengayaan.com/
            Diakses,14 Januari 2018







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

top blog

Mengenal Silase Sebagai Teknologi Pakan

PEMANFAATAN SILASE SEBAGAI PAKAN   NUTRISI UNTUK TERNAK Oleh : Rodiana                       24032116120 ...