LAPORAN
PRAKTIKUM REPRODUKSI TERNAK
FOLIKULOGENESIS DAN OVUM TERNAK
Oleh :
Rodiana 24032116120
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2018
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan
kepada Allah S.W.T ,karena berkat rahmat dan karunianya kami bisa melaksanakan
dan menuntaskan tugas matakuliah Refroduksi Ternak dalam praktikum folikulogenesis
dan ovum ternak tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam menyusunan makalah ini. Semoga semua
yang telah dikorbankan mulai dari waktu, materi dan pikiran semuanya
terbalaskan dengan dimudahkannya mencari ilmu dan bertambahnya ilmu yang
didapat.
Dalam laporan yang saya susun ini
membahas mengenai, proses pertumbuhan dan perkembangan folikel dan ovum,
mengenal proses oogenesis ,mengenal jenis daro folikel dan ovum,
mengidentifikasi sel telur yang terdapat pada ayam dan mengidentifikasi sel
ovum pada sapi.
Mungkin itu yang bisa penulis
sampaikan, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan kami berharap kritik
dan saran dari dosen pengajar untuk perbaikan makalah yang kami susun ini. Sekian
dan terimakasih.
Garut,14 Januari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHLUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi
Masalah.................................................................................................... 1
1.3 Maksud
dan Tujuan.................................................................................................... 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Folikulogenesis............................................................................................... 2
2.2
Proses Folikulogenesis................................................................................................ 2
2.3
Pengertian Oogenesis.................................................................................................. 4
2.4
Proses Oogensis......................................................................................................... 5
BAB
III ALAT BAHAN DAN PROSEDUR
3.1
Alat............................................................................................................................ 6
3.2
Bahan......................................................................................................................... 6
3.3
Prosedur Kerja........................................................................................................... 6
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Telur Ayam................................................................................................................ 7
4.1.1
Putih Telur............................................................................................................... 7
4.1.2
Blastodisk/Blastoderm............................................................................................. 8
4.1.3
Kuning Telur............................................................................................................ 8
4.1.4
Khalazae................................................................................................................. 8
BAB
V PENUTUPAN
5.1
Kesimpulan................................................................................................................ 9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bereproduksi
atau berkembang biak merupakan suatu proses yang penting bagi makhluk hidup.
Tujuan untuk berkembang biak adalah untuk mendapatkan keturunan sehingga
makhluk hidup tidak akan punah. Begitu pula dengan hewan ternak, untuk dapat
bereproduksi maka ternak harus sudah memasuki masa dewasa kelamin. Hal tersebut
dikarenakan organ reproduksi akan berfungsi jika sudah memasuki masa dewasa
kelamin.
Alat
reproduksi akan berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung. Pada ternak
betina terdapat ovum yang dibentuk di dalam ovarium. Ovum yang sudah dibentuk
akan dibungkus oleh lapisan yang benama folikel. Proses pembuatan ovum tersebut
dinamakan dengan proses oogenesis. Sedangkan pembentuka folikel akan dilakukan
dengan proses yang dinamakan folikulogenesis.
Folikulogenesis adalah proses pertumbuhan dan
perkembangan folikel yang didalamnya terjadi proses oogenesis. Folikulogenesis
terjadi sejak hewan mencapai pubertas,. Folikulogenesis sendiri berlangsung
dibawah kendali hormon gonadotropin, yaitu FSH (Follicle stimulating hormone)
dan LH (Luteinizing hormone). Tahap folukulogenesis adalah terdiri dari folikel
primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de graaf, corpus rubrum,
corpus luteum, corpus audikans.
Dari uraian di atas maka diperlukan pemahaman tentang
tahap folikulogenesis dan ovum ternak. Untuk itu sangat penting
dilakukan praktikum folikulogenesis dan ovum ternak karena pemahaman ini
merupakan sebagai dasar ilmu dari persilangan genetik atau perkembangan
fertilisasi secara in vitro pada ternak.
1.2
Identifikasi Masalah
-
Bagaimana bentuk dan morfologi sel telur
sapi
-
Bagaimana bentuk dan morfologi sel telur
ayam ?
1.3
Maksud dan Tujuan
-
Mahasiswa dapat memahami pengertian
tentang folikulogenesis
-
Mahasiswa dapat melihat dan menemukan
sel telur yang merupakan bagian dari proses perkembangan folikel daidalam
ovarium dengan diproduksinya sel telu tersebut
-
Membedakan sel telur ternak mamalia dan
sel telur unggas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Folikulogenesis
Folikulogenesis adalah
proses perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan proliferasi dan
differensiasi komponen sel pada folikel. Dinamika folikel terjadi selama
folikel merupakan perubahan tahap perkembangan folikel mulai dari folikel
primordial sampai folikel tersier termaksud perubahan ekspresi mRNA yang
mengkode reseptor GnRH, hormon steroid dan diikuti seleksi folikel. Perkembangan
folikel akan menyediakan lingkungan yang optimal untuk maturasi oosit sehingga
siap untuk fertilisasi (Andi Fausiah, 2014), dalam folikulogenesis terdapat
pembentukan oosit (sel telur) yang disebut oogenesis.
2.1.1 Proses Folikulogenesis
Proses perkembangan dan maturasi folikel
dikontrol oleh kelenjar hipofisa, yaitu dengan mensekresikan FSH (follicle
stimulating hormone), LH (lutenizing hormone) dan prolaktin pada beberapa
spesies.
a. Folikel Primer
Sejak mamalia betina lahir, terdapat
banyak folikel primer di dalam korteks ovarium. Masing-masing terdiri dari
sebuah oosit primer yang dibungkus oleh selapis sel folikel. Sebuah lamina
basal terdapat di bawah sel folikel dan merupakan pembatas antara folikel
avaskular dengan stroma ovarium (Junqueira, dkk., 1998).
Oosit membentuk mikrovili, sedangkan sel
granulosa (sel folikel) yang menyelubunginya membentuk filopodia
(tonjolan-tonjolan halus yang panjang ke arah oosit) yang berfungsi
sebagai penyalur nutrisi dari jaringan induk (ovarium) ke oosit. Sel-sel
granulosa membentuk zona pelusida. zona pellusida terbentuk disekitar oosit
memisahkannya dari sel granulosa di sekelilingnya. Zona pellucida yang masih
mengikuti oosit sesudah ovulasi, mengandung enzim yang mengkatalis penetrasi
sperma (Ownby 2007).
b. Folikel Sekunder
Perkembangan selanjutnya dari folikel
primer adalah membentuk folikel sekunder. Pada fase ini untuk pertama kalinya
folikel mengalami perbanyakan sel dan terdapat lapisan kedua di sekitar oosit.
Folikel sekunder mengalami pertambahan ukuran dan jumlah yang cukup besar.
Selanjutnya sel-sel folikel tersebut bersatu membentuk lapisan granulosa. Oosit
primer mulai tumbuh dan memperbesar ukurannya. Pada perkembangan akhir, folikel
sekunder terlihat dikelilingi oleh ruangan yang tidak teratur dan merupakan
hasil diferensiasi sel-sel epitel dari stroma ovarium. Sel-sel epitel tersebut
kemudian secara bersama-sama membentuk teka folikuli. Folikel sekunder dengan
teka folikuli ini disebut juga sebagai folikel preantral. Pada perkembangan
akhir folikel sekunder terjadi pemisahan teka folikuli menjadi teka interna dan
teka eksterna (Guerin, 2002).
c. Folikel Tersier
Folikel tersier disebut juga folikel
caviti atau folikel antral, dicirikan dengan adanya caviti (antrum) dan
diferensiasi teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna. Pertumbuhan
folikel tersier terutama disebabkan pembelahan yang sangat cepat dari sel-sel
folikel (Guerin, 2002).
Folikel tersier juga dikenal sebagai
folikel antral, ditandai dengan pembentukan rongga berisi cairan yang
berdampingan dengan oosit dan disebut antrum. Struktur dasar dari folikel
matang sudah terbentuk. Sel granulosa dan sel teka melanjutkan proses mitosis
dengan peningkatan volume antrum. Folikel tersier dapat mencapai ukuran yang
besar yang dihambat dengan tersedianya FSH.
Sel granulosa pada folikel tersier mulai
berdiferensiasi menjadi empat sub bagian:
• Korona radiata yang mengelilingi zona
pelusida
• Membrana melapisi bagian dalam membran
basal
• Periantral berdampingan dengan antrum
• Cumulus oophorous yang menghubungkan
membran, corona radiata dan sel granulosa.Masing-masing bagian ini
memperlihatkan respon yang berbeda terhadap FSH (Ownby 2007).
d. Folikel de Graaf
Folikel matang (De Graaf) tampak sebagai
vesikel transparan yang menonjolkan permukaan ovarium. Sebagai akibat
penimbunan cairan, rongga folikel makin membesar, dan oosit melekat pada
dinding folikel yang dibentuk oleh sel-sel granulosa. Pada stadium ini lapisan
granulosa tampak menipis karena penambahan cairan folikel (liquor folikuli)
tidak seimbang dengan pembelahan sel-sel granulosa. Sel granulosa yang menyusun
lapisan pertama sekitar ovum akan memanjang dan membentuk korona radiata yang
menyertai ovum bila meninggalkan ovarium (Junqueira, dkk., 1998).
Ketika folikel telah benar-benar matang
dan membesar, maka folikel akan pecah dan ovum dilepaskan ke dalam rongga
abdomen. Peristiwa ini disebut sebagai ovulasi. Ovum yang telah berada dalam
abdomen diambil oleh ujung-ujung oviduk. Ovum disalurkan ke dalam uterus dan
bila tidak terjadi pembuahan dikeluarkan lewat vagina (Ganong, 1997).
Semua folikel yang tidak lulus seleksi
gagal berkembang dan mengalami atresia. Atresia ini dapat terjadi pada folikel
primer atau pada semua tingkatan diatasnya. Tampaknya peristiwa atresia ini
dimulai dari ovum dan diikuti oleh kematian sel-sel folikel (Leeson, dkk,.
1996). Pada tahap atresia lebih lanjut, maka tanda-tanda histologis yang
menunjukkan disintegrasi akan tampak yaitu berupa butir-butir lemak dan granula
kasar di dalam ovum, pengkerutan ovum, lepasnya ovum dari sel-sel granulosa
disekitarnya dan akhirnya sel-sel granulosa mengalami disintegrasi (Nalbandov,
1990).
e. Corpus Rubrum
Setelah ovulasi, peluruhan dari folikel
yang tersisa biasanya menghasilkan struktur yang disebut corpus hemorrhagicum
corpus rubrum, folikel yang pecah segera terisi darah. Perdarahan ringan dari
folikel ke dalam rongga abdomen. Sel-sel granulosa dan teka yang melapisi
folikel mulai berproliferasi, dan bekuan darah dengan cepat diganti oleh sel
luteal (Ganong, 2003).
f. Corpus Luteum
Pada sebagian besar spesies, LH dari
kelenjar pituitari mengarahkan luteinisasi dan menstimulasi sel granulosa untuk
menghasilkan progesteron. Sel granulosa berproliferasi membesar dan berubah
menjadi sel granulosa lutein. Pada beberapa spesies termasuk manusia, kumpulan
lipid berpigmen kuning (lutein) dan lipid-lipid lainnya menandai perubahan
menjadi sel granulosa lutein. Sel-sel pada teka internal juga bertransformasi
menjadi lipid pembentuk sel yang disebut sel teka lutein. Jika terjadi
fertilisasi, corpus luteum dipertahankan dan mensekresikan progesteron (Ownby
2007).
g. Corpus Albikan
Bila tidak terjadi kehamilan maka oosit
corpus luteum mengalami degenerasi. Pada hirnya digantikan dengan jaringan ikat
membentuk korpus albikans.
2.2 Pengertian
Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel
telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal
sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pertumbuhan oosit
antara lain berupa peningkatan diameter oosit, pertambahan ukuran dari
organel-organel, dan disertai dengan perubahan atau perkembangan pada inti dan
sitoplasma (Telfer, 2008).
2.2.1 Proses Oogenesis
Pada proses oogenesis, pembelahan yang
terjadi adalah pembelahan sel secara meiosis, yaitu pembelahan sel kelamin
(gonad) betina secara reduksi dimana sel induk diploid (2n) menghasilkan 4 sel
induk anakan haploid (n). Pembelahan secara miosis akan menghasilkan gamet yang
secara genetik tidak identik (hanya setengah dari induknya), sehingga
menyebabkan adanya variasi genetik. Terjadi 2 kali pembelahan meiosis pada
proses Oogenesis tanpa diselingi interfase.
terdiri dari beberapa tahap yaitu
oogonium mengalami pembelahan mitosis berubah menjadi oosit primer, yang
memiliki 46 kromosom. Oosit primer melakukan meiosis (tahap I), yang
menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar
adalah oosit sekunder yang bersifat haploid (n). Ukurannya lebih besar
dari yang lain karena berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer yang
lain. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian
membelah lagi.
Oosit sekunder meninggalkan folikel
ovarium menuju tuba fallopi. Apabila oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma
(fertilisasi), maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua, begitu pula
dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya
mengalami degenerasi.
Namun apabila tidak terjadi fertilisasi,
menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali.
Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid (n)
dengan 30 kromosom dan selanjutnya disebut dengan oosit. Ketika inti nukleus
sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga oosit kemudian
mencapai perkembangan akhir atau finalnya menjadi ovum yang matang.
Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan istilah ovulasi.
Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup 24 jam.
Jika ovum yang matang tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan
mati dan luruh bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi
(Campbell, dkk., 2000).
Perkembangan oosit terdiri dari tiga
tahap yaitu proliferasi, pertumbuhan, dan pematangan. Pada tahap
proliferasi terjadi proses mitosis oogonium menjadi beberapa oogonia yang
terjadi pada saat pralahir atau sesaat setelah lahir kemudian oogonia
berdiferensiasi menjadi oosit primer dengan inti tahap profase I. Inti
oosit pada tahap ini disebut Germinal Vesicle (GV) yang ditandai dengan adanya
membrane inti yang utuh dan nucleus yang jelas. Selanjutnya oosit akan memasuki
tahap pertumbuhan dan pematangan yang berlangsung bersamaan dengan proses
perkembangan folikel.
BAB III
ALAT BAHAN
DAN PROSEDUR
3.1 Alat
-
Scalpel
-
Mikroskop
-
Pinset
-
Cawan Petri
-
Pipet tetes
3.2 Bahan
-
Ovarium Sapi
-
Telur Ayam
3.3. Prosedur Kerja
Percobaan I :
-
Siapakan cawan petri
yang steril dan letakan ovarium sapi diatasnya
-
Jepit ovarium dengan
menggunakan pinset lalu potongng-potong dengan menggunakan scalpel
-
Teteskan 1 tetes NaCl
dengan menggunakan pipet untuk mempermudah penghancuran ovarium menjadi kecil
-
Setelah hancur, ambil
sampel dari pecahan ovarium untuk diamati dengan mikroskop
Percobaan II :
-
Telur ayam dipecahkan
dan dituangkan isisnya diatas cawan perti besar dengan hati-hati
-
Lalu amati bagina dan
morfologi dari telur ayam tersebut
.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASA
4.1 Telur
Ayam
Keteranagan :
1.
Putih Telur
2.
Blastodisk/blastoderm
3.
Kuning telur
4.
Chalazae
Pembahasan :
4.1.1
Putih Telur
Putih telur memiliki fungsi sebagai pelindung embrio
atau kuning telur yang dibuahai adari berbagai goncangan dan sebagai cadanagan
makanan dan air bagi embrio. Putih telur ini memiliki ciri yaitu memiliki warna
bening putih dan berada disekeliling putih telur. Putih telur ini juga sering
disebut cairan yang berada didalam telur yang sudah dibuahi atau belum dibuahi.
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan
empat lapisan yaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis
bagian dalam clan lapisan "Chalaziferous". Kekentalan putih telur
yang semakin tinggi dapat ditandai dengan tingginya putih telur kental Hal ini
menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak
mengandung air, maka bagian ini lebih mudah cepat rusak
4.1.2
Blastodisk/Blastoderm
Blastodisk merupakan suatau bulatan
kecil yang terletak ditengah kuning telur dimana telur tersebut tidak dibuahai
atau steril yang tidak akan menghasilkan individu baru. Sedangkan blastoderm
merupakan bulatan hitam dan tengah putih yang hampir sama dengan blastodisk
tapi blastoderm dibuahai atau fertil jika disimpan lama bisa menghasilkan
embrio atau individu baru. Blastodisk yang tidak dibuahai akan bergerak sesuai
dengan gerkan kuning telur.
Pada Blastoderm yang dibuahai pada hari
pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk cincin dengan
bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah
setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan,mulailah terjadi pembiakan
sel-sel bagian perkembangan embrio.
4.1.3
Kuning Telur
Kuning telur merupakan bagian terpenting
pada telur karen bagian dari perkembanagn embrio. Pada bagian kuning telur ini
terdapat berbagai zat-zat makanan yang dapat menunjang dan sebagai cadanagn
makanan dalam pertumbuhan dan perkembangan embrio. posisi kuning telur yang baru masih ditengah, bentuknya bulat
dan bersih atau sedikit terdapat noda/kotoran di dalam kuningnya, maka hal
tersebut menunjukkan bahwa mutu telur yang baru itu baik.
Lain halnya
dengan telur ayam yang sudah lama kuning telurnya sudah agak kotor, tidak
jernih, kuningnya memudar dan sudah agak cair. Perubahan
bentuk fisik kuning telur mempengaruhi keadaan kualitas kuning telur.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara peneropongan (candling). Telur yang masih baik keadaan letak
kuning telur masih ditengah, dengan pertambahan umur simpan letak kuning telur
akan bergeser dari pusat dan kemungkinan dapat sampai menempel pada kulit
telur.
4.1.4
Chalazae
Chalazae atau tali kunig telur berfungsi sebagai
penyangga atau penahan agar kuning telur dan embrio tetap seimbang dan tetap
berada ditengah-tengah. Ciri dari chalazae ini memiliki waran putih bening dan
telihat membentang diantara kuning telur. Chalazae terdiairi dari dua bagian
yaitu, bagian kiri dan kanan keduanya memilki ukuran dan panjanag yang sama.
BAB V
PENUTUPAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat
disimpulkan bahwa pada sel telur ayam terdapat beberapa bagain yaitu ada putih
telur,tempat embrio atau kuning telur, penyangga kuning telur atau khalazae dan
blastodisk atau blastoderm.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses,14
Januari 2018
Kurnia,Jaya.2015.Pengertian dan Proses Oogenesis.
http://pengayaan.com/
Diakses,14 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar